Tuesday 30 August 2016

Kisah Inspiratif Musibah


Kemakmuran di desa nelayan itu tidak selamanya abadi. Ada saatnya naik dan ada saatnya pula turun kolam gelombang pasang yang datang.

Sudah dua bulan terakhir badai selalu melanda desa itu. Jika sudah demikian, tidak seorang nelayan pun berani mencari ikan memakai perahu, bahkan dengan bahtera motor pun tidak berani.

Pak Bakri, yang dikenal sebagai nelayan terkaya di desa itu juga menderita akhir datangnya badai selama dua bulan berturut-turut. Sebagai juragan nelayan, beliau merasa kehilangan pendapatan. Apalagi sesudah datangnya penyakit yang misterius menyerang sebagian besar penduduk. Bu Bakri sudah dua ahad tidak sanggup turun dari daerah tidurnya. Tubuhnya terasa kaku, seolah-olah mati.




Pak Bakri telah menjual dua bahtera motornya. Jika tidak, mana mungkin beliau sanggup membayar utangnya pada bank. Padahal sudah waktunya beliau harus membayar cicilan utangnya. Belum lagi biaya pengobatan ke dokter dan ke dukun akhir penyakit yang diderita Bu Bakri.

Pada ketika itu Pak Bakri mulai mencicipi betapa besarnya kesalahan yang telah diperbuatnya kepada penduduk. Ia yang selama ini suka mencela dan melecehkan penduduk yang miskin, merasa berdosa.
Manol yang selama ini dimanjakan, terasa tidak lagi dipedulikan. Kesusahan keluarga itu terasa sangat menyiksanya.

Penduduk di desa nelayan itu benar-benar berada dalam keadaan tidak berdaya. Kebiasaan mereka membeli barang elektro ketika isu terkini panen ikan, sekarang barang itu dijualnya. Radio, televisi, video, dan sebagainya, dijual semoga mereka sanggup mempertahankan hidupnya. Bukan cuma itu, lemari, kursi, dan tambahan yang dipakainya juga dijual.

Orang-orang yang berada di sekitar desa nelayan itu juga turut mencicipi penderitaan. Mereka yang membuka warung, toko, atau apa saja tidak laku. Pembelinya tidak ada. Utang-utang para nelayan itu menunggak hingga batas waktu yang belum diketahui.
....
Tiba-tiba angin bertiup perlahan-lahan. Deburan ombak pun mulai berkurang. Sementara wajah-wajah nelayan menatap ke langit dengan penuh harap. Mereka mulai mencicipi betapa tragedi alam ini merupakan ujian yang terberat yang pernah mereka alami. Betapa tidak, selama puluhan tahun belum pernah mereka mengalami tragedi alam menyerupai ini. Kalaupun ada angin, paling usang cuma tiga hari. Itu pun rasanya sangat meresahkan. Selama ini mereka harus beristirahat total selama dua bulan.



No comments:

Post a Comment