Wednesday 26 August 2015

Lahirnya Periode Reformasi


Perhatian mengenai korupsi dan nepotisme, memusat di sekitar pemerintahan Suharto, yang berlangsung semenjak 1990 alhasil nasibnya berakhir sehabis krisis ekonomi tahun 1997. Pada bulan Mei 1998 demonstrasi mahasiswa meningkat di kota-kota besar, dan harga-harga yang terus meningkat mengakibatkan frustrasi dan kemarahan massa.

Presiden Soeharto

1. Suharto Mengundurkan Diri dari Jabatan Presiden
Enam mahasiswa terbunuh selama demonstrasi di Universitas Trisakti, Jakarta pada 12 Mei 1998. Pada hari itu juga terjadi kerusuhan dan penjarahan, lebih dari 500 orang tewas dalam kekacauan tersebut. Kerusuhan yang terjadi di Jakarta dan Surakarta tanggal 14-15 Mei 1998 merupakan kerusuhan terburuk di Indonesia semenjak tahun 1965. Kerusuhan itu juga merusakkan keinginan untuk segera memulihkan ekonomi. Di Surakarta sedikitnya 28 orang tewas. Suharto tetapkan untuk meninggalkan pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo dan kembali ke Indonesia. Etnis Cina yang memahami bahwa mereka dalam ancaman sebab menjadi sasaran kemarahan rakyat, mulai meninggalkan Indonesia, mereka melihat tempat Glodok di Jakarta telah terbakar habis.

Pada tanggal 19 Mei Suharto muncul di TV dan menyatakan ia tidak akan turun, tetapi akan mengadakan pemilu baru. Beberapa tokoh Islam menyerupai Nurcholish Majid dan Abdurrahman Wahid bertemu Suharto pada ketika ribuan mahasiswa brdemonstrasi turun ke jalan. Pada tanggal 20 Mei 1998 Amien Rais menunda demonstrasi raksasa sehabis 80.000 massa menduduki Lapangan Merdeka. Akhirnya, Suharto mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 9 pagi dan B.J. Habibie ditunjuk sebagai presiden gres Indonesia.

2. Masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie
Pada tanggal 22 Mei 1998, Habibie mengumumkan Kabinet Reformasi. Sebagai langkah pertama, ia mengganti Letjen Prabowo dari Panglima Kostrad. Tetapi mahasiswa tidak bahagia dengan adanya presiden gres yang mereka lihat juga merupakan perpanjangan rezim Suharto. Kabinet Reformasi diresmikan pada tanggal 23 Mei 1998, dan Habibie berjanji akan menggelar pemilu satu tahun kemudian.


BJ. Habibie

Pada tanggal 9 November 1998, mahasiswa kembali mendatangi gedung MPR, mereka menuntut pengadilan Suharto, dan pembatalan dwi fungsi ABRI. Tokoh-tokoh politik menyerupai Gus Dur, Amin Rais, Megawati, dan Sultan Hamengkubuwono X, mengadakan pertemuan di Ciganjur, dengan para mahasiswa, untuk mendeklarasikan Deklarasi Ciganjur yang berisi reformasi di pemerintahan, dan pembatalan dwi fungsi ABRI.

Pada tanggal 12 November 1998, terjadi lagi demonstrasi di Jakarta yang menjadikan 60 orang luka-luka. Pada hari berikutnya, 9 mahasiswa tewas di bersahabat Universitas Atma Jaya Jakarta. Akhirnya, MPR memutuskan, pemilu akan digelar pada bulan Juni 1999, dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah dibentuk. Akhirnya pada tanggal 7 Juni 1999, pemilu digelar yang diikuti 48 partai besar dan kecil. Jumlah dingklik di MPR diumumkan pada tanggal 1 September 1999. Dari 48 partai hanya 21 partai yang sanggup mendapatkan dingklik di MPR, dan hanya 6 partai yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pemilu tahun 2004 yaitu PDI-P (153 kursi) Golkar (120 kursi) PPP (58 kursi), Partai Kebangitan Bangsa (51 kursi), Partai Amanat Nasional (34 kursi), dan Partai Bulan Bintang, (13 kursi).

3. Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
Pada pemilihan presiden di MPR pada tanggal 20 Oktober 1999, Habibie mengundurkan diri dari sebagai caon presiden dari partai Golkar, dan digantikan oleh Akbar Tandjung tetapi ia juga mengundurkan diri satu jam kemudian. Yusril Mahendra dari Partai Bulan Bintang juga mengundurkan diri dari pemilihan presiden itu. Pada pemilihan presiden itu alhasil Abdurrahman Wahid ( Gus Dur) mendapatkan 373 bunyi dan dipilih menjadi presiden, sementara Megawati Sukarnoputri yang mendapatkan 313 suara, dipilih menjadi Wapres oleh MPR. Presiden Gus Dur dan Megawati mengumumkan kabinet pada tanggal 29 Oktober 1999.


Gusdur

Pada bulan Juli 2000, nilai mata uang Indonesia melemah drastis, kelangkaan BBM terjadi di sekitar Pulau Jawa, dan ketegangan politis berlanjut antara Presiden Wahid dan MPR. Presiden Wahid diminta bertemu MPR, untuk menanyakan perkara pemecatan dua menteri ekonomi dari kabinet, dan menanyakan hal- hal lain, tetapi Presiden Wahid tidak menjawab semua pertanyaan MPR.

Presiden Wahid Kemudian meminta maaf pada MPR sebab tidak memenuhi MPR selama ini, dan memperlihatkan resuffle kabinet. Pada tanggal 9 Agustus 2000 ia mengumumkan bahwa ia menyerahkan urusan pemerintahan kepada wakil presiden Megawati Sukarnoputri, tetapi ia tetap akan mempertahankan kedudukannya sebagai presiden, ia hanya mendelegasikan tugas-tugas tertentu ke Megawati.

Pada bulan April 2001, dilaporkan negara mengalami defisit anggaran yaitu pengurangan jumlah produksi di dalam negeri. Hilangnya pendapatan dari kemudahan gas alam di Aceh yang terpaksa ditutup, bursa saham dan nilai mata uang Indonesia mengalami penurunan. Pada tanggal 30 April 2001 MPR menyetujui nota kesepahaman yang menyatakan bahwa Presiden Wahid memiliki waktu satu bulan untuk meningkatkan kinerjanya, atau ia akan diturunkan dari jabatan presiden melalui sidang istimewa MPR.

Pada 20 Mei 2001 diadakan sidang khusus untuk merekomendasikan pertemuan-pertemuan antara presiden dan MPR, yang mencakup kemungkinan beberapa tugas-tugas presiden untuk didelegasikan ke Wapres Megawati. Dengan adanya desas desus yang menyebar bahwa Presiden Wahid mungkin mengeluarkan undang-undang darurat secara sepihak, Megawati membatalkan perjalanan ke Malang dan Bali. 

Pada tangal 28 Mei 2001 Presiden Wahid akan mengeluarkan keputusan untuk membubarkan MPR. Beberapa menteri, polisi dan pemimpin-pemimin militer tidak akan mendukung keputusan itu. Pada waktu siang hari, Presiden Wahid mengeluarkan suatu keputusan kepada Menteri Keamanan Bambang Yudhoyono untuk memberi kuasa-kuasa khusus dalam situasi keadaan darurat. Fraksi- fraksi MPR mulai memproses pemanggilan presiden pada sidang khusus yang akan diadakan pada tanggal 1 Agustus,.

Pada tanggal 23 Juli 2001 Gus Dur mengeluarkan maklumat dari Istana Presiden, yaitu membekukan MPR, membubarkan partai Golkar, dan akan mengadakan pemilu dalam satu tahun. Militer dan polisi mengabaikan keputusan itu, dan enam menteri termasuk Agum Gumelar dan Marzuki Darusman berhenti. Pada hari yang sama MPR melaksanakan voting dari 591 anggota MPR yang bersepakat untuk memindahkan Gus Dur dari Istana Presiden. Kemudian Megawati Sukarnoputri dilantik menjadi presiden Indonesia kelima dan kabinet yang ada dibubarkan.

2. Masa Pemerintahan Megawati
Pada tanggal 9 Agustus 2001, Presiden Megawati mengumumkan kabinet gres yaitu Kabinet Gotong Royong dan Hamzah Haz dipilih sebagai wakil presiden oleh MPR. Megawati dilantik di tengah keinginan akan membawa perubahan kepada Indonesia sebab merupakan putri presiden pertama Indonesia, Soekarno. Meski ekonomi Indonesia mengalami banyak perbaikan, menyerupai nilai mata tukar rupiah yang lebih stabil, namun Indonesia pada masa pemerintahannya tetap tidak memperlihatkan perubahan yang berarti dalam bidang-bidang lain.


Megawati Soekarno Putri

Popularitas Megawati yang awalnya tinggi di mata masyarakat Indonesia, menurun seiring dengan waktu. Hal ini ditambah dengan sikapnya yang jarang berkomunikasi dengan masyarakat sehingga mungkin membuatnya dianggap sebagai pemimpin yang ‘dingin’. Megawati menyatakan pemerintahannya berhasil dalam memulihkan ekonomi Indonesia, dan pada 2004, maju ke Pemilu 2004 dengan keinginan untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai presiden.

3. Pemilihan Umum Indonesia 2004
Pemilihan Umum Indonesia 2004 ialah pemilu pertama yang memungkinkan rakyat untuk menentukan presiden secara langsung, dan cara pemilihannya benar-benar berbeda dari Pemilu sebelumnya. Pada Pemilu ini, rakyat sanggup menentukan pribadi presiden dan wakil presiden (sebelumnya presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR yang anggotaanggotanya dipilih melalui Presiden). Selain itu, pada Pemilu ini pemilihan presiden dan wakil presiden tidak dilakukan secara terpisah (seperti Pemilu 1999) pada Pemilu ini, yang dipilih ialah pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam satu paket, bukan calon presiden dan calon wakil presiden secara terpisah. Pemilu tahun 2004 dibagi menjadi maksimal tiga tahap (minimal dua tahap).
  1. Tahap pertama “Pemilu legislatif” ialah Pemilu untuk menentukan partai politik (untuk persyaratan Pemilu presiden) dan anggotanya untuk dicalonkan menjadi anggota DPR, DPRD, dan DPD. Tahap pertama ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004.
  2. Tahap kedua (atau “Pemilu presiden putaran pertama”) ialah untuk menentukan pasangan calon presiden dan wakil presiden secara langsung. Tahap kedua ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2004.
  3. Tahap ketiga (atau “Pemilu presiden putaran kedua”) ialah pemilu babak terakhir yang dilaksanakan hanya apabila pada tahap kedua belum ada pasangan calon yang mendapatkan bunyi paling tidak 50 persen (Bila keadaannya demikian, dua pasangan calon yang mendapatkan bunyi terbanyak akan diikutsertakan pada Pemilu presiden putaran kedua, akan tetapi, kalau pada Pemilu presiden putaran pertama sudah ada pasangan calon yang mendapatkan bunyi lebih dari 50 persen, pasangan calon tersebut akan pribadi diangkat menjadi presiden dan wakil presiden). Tahap ketiga ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 September 2004.
Pemilu Legislatif 2004
Pemilu legislatif ialah tahap pertama dari rangkaian tahapan Pemilu 2004. Pemilu legislatif ini diikuti 24 partai politik, dan telah dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004. Pemilu ini bertujuan untuk menentukan partai politik (sebagai persyaratan Pemilu presiden) dan anggotanya untuk dicalonkan menjadi anggota DPR, DPRD, dan DPD. Partai-partai politik yang memperoleh bunyi lebih besar atau sama dengan tiga persen sanggup mencalonkan pasangan calonnya untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu pada Pemilu presiden putaran pertama. 

Adapun hasil Pemilu legislatif tahun 2004 antara lain sebagai berikut.
  1. Partai Golongan Karya : 128 kursi
  2. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : 109 kursi
  3. Partai Persatuan Pembangunan : 58 kursi
  4. Partai Demokrat : 57 kursi
Sesuai hasil Pemilu presiden putaran pertama tersebut, yaitu belum ada pasangan calon yang memperoleh bunyi lebih dari 50 persen, maka diadakanlah Pemilu presiden putaran kedua 2004. Pasangan-pasangan calon yang mengikuti Pemilu presiden putaran kedua 2004 ini ialah dua pasangan calon dengan yang memperoleh bunyi terbanyak pada Pemilu presiden putaran pertama 2004 yang lalu. Pemilu presiden putaran kedua diadakan pada tanggal 20 September 2004. 



No comments:

Post a Comment