Monday 14 December 2015

Peristiwa Setelah Hari Akhir


Setiap ada awal tentu ada akhir. Demikian pula kehidupan di dunia ini sebab ada permulaan kehidupan, tentu ada pula akhirnya. Tidak ada yang abadi, kecuali Tuhan Swt., Zat yang Mahakekal. Kehidupan di dunia ini hanya sementara dan tidak kekal. Kehidupan yang sementara ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan di akhirat.

Ilustrasi Kiamat


Tidak semua insan sanggup memanfaatkan kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya. Ada insan yang justru terlena dengan kehidupan di dunia. Mereka tidak menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara sehingga mereka bermalas-malasan. Ada insan yang justru mengakibatkan dunia ini sebagai tujuan. Mereka tidak menyadari bahwa ada kehidupan sesudah kehidupan di dunia.

Manusia yang sanggup memanfaatkan kehidupan di dunia untuk taat kepada Tuhan dan rasul-Nya kelak akan memperoleh kehidupan senang di akhirat. Bagi mereka yang terlena dengan kehidupan dunia hanya kerugian dan penyesalan yang didapatnya. Mereka akan menyesal sebab tidak mempergunakan kesempatan hidup di dunia dengan sebaik-baiknya.

Di alam abadi kelak insan akan mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Setelah semua makhluk hancur, Tuhan Swt. memerintahkan kepada Malaikat Israfil untuk meniup terompet (nafiri). Setelah nafiri ditiup oleh Malaikat Israfil secara bersamaan nyawa yang telah tertidur bertahun-tahun silam akan bangun. Saat itu merupakan insiden pertama yang terjadi dan disebut Yaumul Ba‘s., yaitu hari dibangkitkannya insan dari alam kubur. Peristiwa ini terjadi sesudah penantian di alam kubur yang disebut Yaumul Barzah.

Pada dikala dibangkitkan, keadaan insan bermacam-macam. Keadaan tiap-tiap insan mencerminkan amal perbuatannya selama hidup di dunia. Tuhan Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah az-Zalzalah [99] ayat 6 yang artinya, ”Pada hari itu insan keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya.” Pada dikala dibangkitkan ada segolongan insan yang tampil dengan wajah berseri. Pada dikala yang sama ada insan yang dibangkitkan dengan wajah muram. Bukan hanya wajah yang berbeda, kondisi fisik setiap insan juga berbeda.

Setelah dibangkitkan dari kubur selanjutnya insan berbondongbondong menuju suatu kawasan untuk menanti pengadilan Tuhan Swt. Peristiwa ini disebut Yaumul Mahsyar, yaitu hari dikumpulkannya insan di padang mahsyar sesudah dibangkitkan dari kubur untuk menunggu pengadilan Tuhan Swt. Pada dikala itu, insan hanya menunggu nasibnya sendiri-sendiri. Mereka tidak ingat sanak saudara. Seorang suami lupa dengan nasib anak dan istrinya. Begitu juga seorang istri tidak sempat lagi memikirkan nasib suami dan anak-anaknya. Mereka sibuk memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Pada hari itu insan tidak sanggup saling menolong. Perhatikan firman Tuhan Swt. berikut ini.

Artinya: Dan (ingatlah), pada hari ketika Kami mengumpulkan mereka semua lalu Kami berfirman kepada orang-orang yang menyekutukan Allah, ”Di manakah sembahan-sembahanmu yang dahulu kau sangka (sekutu-sekutu Kami)?”(Q.S. al-An‘am [6]: 22)

Di padang mahsyar insan menunggu pengadilan Allah, pengadilan yang tidak akan salah dalam memberi keputusan. Selanjutnya, datang Yaumul Hisab, yaitu hari perhitungan amal perbuatan insan yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia. Pada hari itu catatan amal insan ditunjukkan. Catatan yang sangat jelas dan teliti.

Mungkin kalian bertanya-tanya, bagaimana catatan amal itu dibuat? Ingat, selama hidup di dunia insan didampingi oleh dua orang malaikat. Kedua malaikat Tuhan tersebut bertugas mencatat segala tingkah laris manusia. Seorang malaikat bertugas mencatat amal baik dan yang lain bertugas mencatat amal buruk. Catatan kedua malaikat tersebut yang akan ditunjukkan di alam abadi kelak. Catatan yang dibentuk oleh malaikat sangat teliti dan terperinci. Tidak ada satu pun perbuatan insan yang lolos dari catatan malaikat. Semua perbuatan yang dilakukan insan ada dalam catatan malaikat. Oleh sebab itu, berhati-hatilah ketika akan berbuat sesuatu. Buku catatan malaikat itu yang akan menjadi bukti amal perbuatan manusia. Ketika dihisab yang berbicara bukan verbal kita melainkan anggota badan kita. Saksinya yaitu anggota badan yang lain, para nabi, dan orang-orang yang bersama kita sewaktu melaksanakan perbuatan tersebut. Saksi utama pada hari itu yaitu Tuhan Swt. dan diri kita sendiri.

Peristiwa yang terjadi selanjutnya yaitu Yaumul Mizan. Yaumul Mizan yaitu hari penimbangan amal insan untuk mengetahui amal yang lebih berat, amal baik atau amal buruk. Pada hari penimbangan amal tidak ada satu pun amal insan yang terlewat. Sekecil apa pun amal manusia, Tuhan Swt. pasti menawarkan balasan. Jika amal baik yang dilakukan, baik pula jawaban yang diterima. Jika amal jelek yang dilakukan, jelek pula jawaban yang diterima. Tuhan Swt. berfirman dalam Surah az-Zalzalah [99] ayat 7–8 yang artinya, ”Maka barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, pasti ia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya, ia akan melihat (balasan) nya.”

Pada hari penimbangan seluruh amal insan ditimbang. Jika amal baik yang lebih berat, nirwana dan seluruh kenikmatan di dalamnya telah menanti. Jika amal jelek lebih berat, neraka dengan siksa di dalamnya telah menunggu. Tuhan Swt. berfirman ibarat berikut. 

Artinya: Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, mereka itulah orang yang beruntung, dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikan) nya maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, sebab mereka mengingkari ayat-ayat Kami. (Q.S. al-A‘raf [7]:8–9)


No comments:

Post a Comment