Friday 23 March 2018

Perlawanan Terhadap Voc


Perlawanan rakyat Maluku
Pada tahun 1605, VOC berhasil merebut Maluku dari Portugis. Sikap diktatorial Belanda dan upayanya untuk memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat, mengakibatkan perlawanan rakyat di aneka macam tempat, antara lain sebagai berikut.
  1. Perlawanan Kakiali (1635) dari Hitu, Ambon. Kakiali dibunuh oleh seorang penghianat pada tahun 1639, sehabis VOC menjanjikan hadiah bagi yang sanggup membunuhnya. Perlawanan mereda sehabis Kaikali tewas.
  2. Perlawanan Telukabesi (1646).
  3. Perlawanan Kaicil Saidi (1650).
  4. Perlawanan Rakyat Jailolo (1675).




Perlawanan Sultan Agung
Saat dipimpin Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613- 1645), Kerajaan Mataram di Jawa Tengah mencapai puncak kejayaan. Sultan Agung bercita-cita ingin menyatukan seluruh Pulau Jawa di bawah kekuasaan Mataram. Alasan Sultan Agung menentang VOC alasannya yaitu VOC dianggap merintangi impian Sultan Agung untuk mempersatukan Jawa. Selain itu VOC sering mengganggu perdagangan Mataram dengan Malaka.




Pada tahun 1628, pasukan Mataram menyerang Batavia dengan dipimpin Tumenggung Bahurekso, namun gagal. Serangan berikutnya pada tahun 1629 yang dipimpin Adipati Ukur juga mengalami kegagalan. Saat itu perbekalan yang sudah disiapkan di aneka macam tempat di pantai utara Jawa dibakar oleh VOC. Pasukan Mataram yang menderita kelaparan ditarik mundur. Namun kegagalan yang kedua kalinya ini tak menciptakan pasukan Mataram menyerah. Mereka masih sering mengganggu kapal-kapal VOC di Laut Jawa. Sampai maut Sultan Agung, yaitu tahun 1645, baik VOC maupun Mataram tidak bisa saling mengalahkan satu dengan yang lain.

Perlawanan Trunojoyo
Trunojoyo yaitu salah seorang putra Bupati di Madura yang tidak bahagia terhadap Amangkurat I (putra Sultan Agung) yang menjalin kekerabatan akrab dengan VOC. Trunojoyo memimpin perlawanan rakyat yang sudah tak tahan lagi dengan penindasan Amangkurat I. Setelah berhasil mendesak pasukan Belanda dan Mataram, pasukan Trunojoyo sanggup menduduki ibukota Kerajaan Mataram. Amangkurat I yang meninggalkan istana untuk meminta pinjaman VOC, meninggal di perjalanan, yaitu di Tegalarum. Usaha untuk minta pinjaman VOC diteruskan putranya, yaitu Amangkurat II.




Pada tahun 1679, pasukan VOC berhasil mematahkan perlawanan Trunojoyo dan menangkapnya. Trunojoyo diserahkan ke Amangkurat II dan dijatuhi eksekusi mati. Hutang kecerdikan Sunan Amangkurat II kepada VOC harus dibayar dengan perjanjian yang sangat merugikan Mataram. Daerah Kerawang, sebagian Priangan, dan Semarang diserahkan kepada VOC.

Perlawanan Untung Suropati
Untung Suropati yaitu mantan budak seorang pegawai VOC yang kemudian berbalik memusuhi VOC, alasannya yaitu kecintaannya terhadap tanah air dan bangsa pribumi. Perlakuan VOC yang semena-mena terhadap rakyat menyulut perlawanan Untung Suropati dengan dibantu oleh raja Mataram, Amangkurat III (Sunan Mas) yang dikala itu mulai mencicipi beratnya menjalani perjanjian dengan VOC. Untung Suropati dalam sebuah pertempuran di Kartasura, berhasil mengalahkan pasukan VOC dan membunuh Kapten Tack, pemimpin pasukan VOC.

Tahun 1705, Belanda mengangkat Sunan Paku Buwono I (Pangeran Puger) sebagai raja Mataram. Tahun 1706, pasukan VOC dan Mataram berhasil mematahkan perlawanan Untung Suropati. Sunan Pakubuwono I membalas kecerdikan pinjaman VOC dengan menyerahkan kawasan Priangan, Cirebon, dan Jawa Timur.

Perlawanan rakyat di Makassar
Kerajaan Makassar berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hassanudin (1654-1669) yang memiliki julukan “Ayam Jantan dari Timur”. Letak Makassar yang sangat strategis menciptakan VOC ingin memaksakan monopoli perdagangannya. Namun niat ini ditolak oleh Sultan Hassanudin. VOC yang mengalami kesulitan menundukkan Makassar kemudian menghasut Sultan Bone, Aru Palaka untuk bersekutu melawan Hassanudin.

Walaupun bertahan mati-matian, kesannya Makassar jatuh ke tangan VOC dalam pertempuran yang dibantu Aru Palaka. Sultan Hassanudin terpaksa mengalah dan menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian ini sangat merugikan Makassar, alasannya yaitu harus melepaskan sejumlah kawasan kekuasaannya yang strategis dan harus mengakui monopoli perdagangan oleh VOC. Sehingga harus kehilangan kendali pemerintahan dan perdagangan di wilayah kekuasaannya.

Perlawanan Banten
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1650-1682), Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan. Pertentangan antara Banten dan VOC berasal dari niat VOC yang ingin menguasai Selat Sunda yang merupakan salah satu jalur utama dalam perdagangan. Selat Sunda merupakan kawasan perdagangan Banten yang sangat penting. Tentu saja Banten menentang keras keinginan VOC tersebut. Untuk menghadapi VOC, Sultan Ageng Tirtayasa rajin menjalin kekerabatan dengan negara-negara lain sehingga VOC merasa kesulitan untuk menundukkanya. Hubungan Banten dengan negara lain, di antaranya yaitu dengan Sultan Sibori dari Ternate, Sultan Turki, dan Raja Inggris.



Untuk mematahkan perlawanan gigih Sultan Ageng Tirtayasa, VOC berusaha mencari kelemahannya dan melaksanakan laga domba. Sultan Haji (putra mahkota) berhasil dipengaruhi untuk merebut tahta ayahnya dengan pinjaman VOC. Dalam pertempuran yang dahsyat, benteng pertahanan Sultan Ageng Tirtayasa jatuh. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil meloloskan diri bersama Pangeran Purbaya dan melanjutkan perlawanan dengan cara perang gerilya. Tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dibawa ke Batavia. Selanjutnya dia dipenjarakan hingga wafat. Sultan Haji yang kemudian diangkat menjadi sultan dipaksa menandatangani perjanjian penyerahan kekuasaan wilayahnya kepada VOC. Dengan jatuhnya Banten ke tangan VOC, maka perdagangan menjadi mundur. Pelabuhan tertutup bagi orang abnormal selain VOC dan roda ekonomi macet sehingga semakin menciptakan rakyat menderita.



No comments:

Post a Comment