Monday 5 March 2018

Sejarah Penyebaran Agama Nasrani Oleh Kaum Penjajah Di Indonesia


Sejak kurun ke-15 Paus di Roma memberi kiprah kepada misionaris bangsa Portugis dan Spanyol untuk membuatkan agama Katholik. Kemudian bangsa Belanda pun tertarik untuk membuatkan pedoman agama Katolik Protestan dengan mengirimkan para zending di negeri-negeri jajahannya.




Misionaris Portugis di Indonesia
Pada kurun ke-16 acara misionaris sangat aktif memberikan kabar Alkitab ke seluruh penjuru dunia dengan menumpang kapal pedagang Portugis dan Spanyol. Salah seorang misionaris yang bertugas di Indonesia terutama Maluku yaitu Fransiscus Xaverius (1506–1552). Ia seorang Portugis yang membela rakyat yang tertindas oleh jajahan bangsa Portugis. Di kalangan pribumi ia dikenal kejujuran dan keikhlasannya membantu kesulitan rakyat. Ia membuatkan pedoman agama Katholik dengan berkeliling ke kampung-kampung sambil membawa lonceng di tangan untuk mengumpulkan bawah umur dan orang berilmu balig cukup akal untuk diajarkan agama Katholik.

Kegiatan misionaris Portugis tersebut berlangsung di Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Pulau Siau, dan Sangir, lalu menyebar ke Kalimantan dan Jawa Timur.

Penyebaran agama Katholik di Maluku menjadi tersendat sesudah terbunuhnya Sultan Hairun yang menjadikan kebencian rakyat terhadap semua orang Portugis. Setelah jatuhnya Maluku ke tangan Belanda, acara misionaris surut dan diganti acara zending Belanda yang membuatkan agama Katolik Protestan.


Zending Belanda di Indonesia
Pada kurun ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan, agama Katholik yang semula menjadi agama resmi negara diganti dengan agama Katolik Protestan. Pemerintah Belanda melarang pelaksanaan ibadah agama Katholik di muka umum dan menerapkan anti Katholik, termasuk di tanah-tanah jajahannya.

VOC yang terbentuk tahun 1602 menerima kekuasaan dan tanggung jawab memajukan agama. VOC mendukung penyebaran agama Katolik Protestan dengan semboyan “siapa punya negara, beliau punya agama”,  lalu VOC menyuruh penganut agama Katholik untuk masuk agama Katolik Protestan. VOC turut membiayai pendirian sekolah-sekolah dan membiayai upaya menerjemahkan injil ke dalam bahasa setempat. Di balik itu para pendeta dijadikan alat VOC supaya pendeta memuji-muji VOC dan tunduk dengan VOC. Hal tersebut ternyata sangat menurunkan gambaran para zending di mata rakyat, alasannya yaitu VOC tidak disukai rakyat.

Tokoh zending di Indonesia antara lain Ludwig Ingwer Nommensen, Sebastian Danckaerts, Adriaan Hulsebos, dan Hernius.

Kegiatan zending di Indonesia meliputi:
  1. Menyebarkan agama Katolik Protestan di Maluku, Sangir, Talaud, Timor, Tapanuli, dan kota-kota besar di Jawa dan Sumatra.
  2. Mendirikan Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), yaitu perkumpulan pemberi kabar Alkitab Belanda yang berusaha membuatkan agama Katolik Protestan, mendirikan wadah gereja bagi jemaat di Indonesia menyerupai Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja Katolik Jawa (GKJ), Huria Katolik Batak Protestan (HKBP), dan mendirikan sekolah-sekolah yang menitikberatkan pada penyebaran agama Katolik Protestan.




Wilayah Persebaran Agama Nasrani di Indonesia pada Masa Kolonial
Saat VOC berkuasa, acara misionaris Katholik terdesak oleh acara zending Katolik Protestan, dan bertahan di Flores dan Timor. Namun semenjak Daendels berkuasa, agama Katholik dan Katolik Protestan diberi hak sama, dan mulailah misionaris membuatkan kembali agama Katholik terutama ke daerah-daerah yang belum terjangkau agama-agama lain.

Penyebaran agama Katolik Protestan di Maluku menjadi ulet sesudah didirikan Gereja Protestan Maluku (GPM) tanggal 6 September 1935. Organisasi GPM menampung penganut Katolik Protestan di seluruh Maluku dan Papua adegan selatan. Penyebaran agama Katolik menjangkau Sulawesi Utara di Manado, Tomohon, Pulau Siau, Pulau Sangir Talaud, Tondano, Minahasa, Luwu, Mamasa dan Poso, serta di Nusa Tenggara Timur yang mencakup Timor, Pulau Ende, Larantuka, Lewonama, dan Flores. Adapun persebaran agama Katholik di Jawa semula hanya berlangsung di Blambangan, Panarukan, Jawa Timur. Namun, lalu menyebar ke wilayah barat, menyerupai Batavia, Semarang, dan Jogjakarta.

Agama Katolik Protestan di Jawa Timur berkembang di Mojowarno, Ngoro akrab Jombang. Di Jawa Tengah mencakup Magelang, Kebumen, Wonosobo, Cilacap, Ambarawa, Salatiga, Purworejo, Purbalingga, dan Banyumas. Di Jawa Barat sentra penyebaran agama Katolik terdapat di Bogor, Sukabumi, dan Lembang (Bandung). Di Sumatra Utara masyarakat Batak yang menganut agama Katolik berpusat di Angkola Sipirok, Tapanuli Selatan, Samosir, Sibolga, Buluh Hawar di Karo, Kabanjahe, Sirombu, dan kepulauan Nias. Kegiatan agama Katolik pada masyarakat Batak dipusatkan pada organisasi HKBP. Adapun di Kalimantan Selatan agama Katolik berkembang di Barito dan Kuala Kapuas. Di Kalimantan Barat umat Nasrani banyak terdapat di Pontianak. Di Kalimantan Timur banyak terdapat di Samarinda, Kalimantan Tengah di pemukiman masyarakat Dayak desa Perak dan Kapuas Kahayan.

Faktor-faktor penyebab sulitnya perkembangan agama Katolik di Indonesia pada waktu itu adalah:

  1. Pada waktu itu agama Katolik dianggap identik dengan agama penjajah.
  2. Pemerintah kolonial tidak menghargai prinsip persamaan derajat manusia.
  3. Sebagian besar rakyat Indonesia telah menganut agama lain.
Oleh alasannya yaitu itulah upaya penyebaran dilakukan di daerah-daerah yang belum tersentuh agama lainnya. Juga dilakukan dengan mengadakan tindakan-tindakan kemanusiaan menyerupai mendirikan rumah sakit dan sekolah. Akhirnya berkat kerja keras kaum misionaris dan zending, agama Katolik sanggup berkembang di Indonesia hingga sekarang.


No comments:

Post a Comment