Setelah Portugis pada tahun 1511 berhasil menduduki Malaka, Portugis melanjutkan misi dagangnya menuju Maluku. Di kepulauan Maluku terdapat Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore yang menghasilkan remah-rempah.
Pada mulanya, Portugis diterima baik oleh Sultan Ternate. Kesultanan berharap Portugis sanggup menjadi pembeli rempah-rempah Ternate yang tetap. Untuk itu, Portugis diperbolehkan mendirikan benteng sebagai kantor dagang. Akan tetapi terjadi penyimpangan, Portugis mengakibatkan benteng itu sebagai basis pertahanan untuk menguasai dan menjajah kawasan Ternate.
Untuk melakukan taktiknya, Portugis memaksa Sultan Ternate, yakni Sultan Hairun untuk mendapatkan kekuasaan Portugis, dan hanya menjual cengkih dan pala kepada Portugis. Selain itu, Portugis melarang Sultan Ternate menjul rempah-rempahnya kepada pedagang lain. Tentu saja perilaku menyerupai ini sangat ditentang oleh Sultan Hairun. Ketika Sultan Hairun akan membicarakan duduk masalah perdagangan dengan Portugis ini, dia dibunuh secara licik.
Terbunuhnya, Sultan Hairun terang memancing kemarahan rakyat Ternate. Sultan Baabullah yang menggantikan Sultan Hairun bersumpah akan mengusir Portugis dari Ternate. Untuk itu, Sultan Baabullah mengerahkan tentara dan segenap kekuatannya mengepung benteng Portugis, sampai risikonya Portugis mengalah dan dipaksa meninggalkan Ternate tahun 1575. Setelah terusir dari Ternate, lalu Portugis ke Ambon hingga dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1605.
No comments:
Post a Comment