Tuesday 5 December 2017

Sejarah Gerakan Non-Blok (Gnb)


Dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, muncul gagasan untuk membentuk organisasi yang tidak terikat pada dua blok yang sedang bersaing dalam perang hambar lantaran penjajahan yang masih terjadi di sejumlah negara, salah satunya disebabkan oleh Perang Dingin.



Kegiatan GNB mencakup berikut ini.
  1. Dalam bidang politik, ikut serta dalam perdamaian dunia.
  2. Bidang ekonomi, ikut mewujudkan tata ekonomi dunia gres dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yaitu obrolan Utara Selatan, Kelompok 77, perundingan global, dan kolaborasi Selatan–Selatan.
Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement) didirikan untuk menyikapi persaingan antara Blok Barat yang menganut kapitalisme dan Blok Timur yang menganut komunisme pada awal tahun 1960-an. Saat itu, kedua blok dipimpin oleh dua negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Persaingan kedua blok memicu terjadinya Perang Dingin (Cold War) yang sanggup mengancam perdamaian dunia.

Pada tahun 1961, ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur semakin menjadi-jadi. Saat itu, Blok Timur sengaja membangun tembok yang memisahkan Kota Berlin episode barat dengan episode timur. Pada tahun yang sama, di Kuba terjadi krisis sesudah Uni Soviet membangun pangkalan rudal di negara tersebut. Ketegangan tersebut memicu terbentuknya Gerakan Non-Blok.

Masih pada tahun 1961, dilangsungkan pertemuan untuk persiapan KTT I Gerakan Non-Blok yang diselenggarakan di Kairo. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan lima prinsip yang menjadi dasar Gerakan Non-Blok yaitu sebagai berikut.
  1. Tidak berpihak terhadap persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur.
  2. Berpihak terhadap usaha antikolonialisme.
  3. Menolak ikut serta dalam banyak sekali bentuk aliansi militer.
  4. Menolak ikut serta dalam aliansi bilateral dengan Negara adikuasa.
  5. Menolak pendirian basis militer negara adikuasa di wilayah masing-masing.
Adapun tujuan GNB yakni sebagai berikut.
  1. Menentang imperialisme, kolonialisme, rasialisme, zionisme, neokolonialisme, dan anti apartheid.
  2. Menyelesaikan sengketa secara damai.
  3. Mengusahakan pengembangan sosial ekonomi semoga tidak dikuasai negara maju.
  4. Membantu perdamaian dunia, berusaha meredakan ketegangan Amerika Serikat dengan Uni Soviet.
Peran penting Konferensi Asia Afrika dalam terbentuknya Gerakan Non-Blok memperlihatkan besarnya efek Indonesia dalam gerakan tersebut. Indonesia pun terlibat aktif dalam persiapan KTT I Gerakan Non-Blok di Beograd, Yugoslavia.

Berdirinya Gerakan Non-Blok diprakarsai oleh PM India Jawaharlal Nehru, PM Ghana Kwame Nkrumah, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Jossep Broz Tito yang dikenal dengan nama The Initiative of Five.

Gerakan Non-Blok berkembang pesat dari jumlah anggota 25 negara pada KTT I di Yugoslavia tahun 1961 menjadi 113 negara anggota. Anggota Gerakan Non-Blok (GNB) tidak mempunyai hukum baku dan juga sekretariat yang tetap. Keputusan tertinggi berada pada Ketua KTT yang merangkap sebagai tuan rumah KTT. KTT Gerakan Non-Blok dilaksanakan tiga tahun sekali. Jabatan ketua GNB dan tuan rumah KTT selanjutnya diputuskan melalui KTT. Kuba merupakan Ketua GNB periode 2006–2009 yang juga merupakan tuan rumah KTT GNB XIV. Untuk menata dan menyesuaikan perubahan situasi global, GNB perlu menjalin kolaborasi internasional untuk memperjuangkan “tata ekonomi dunia baru”. Hal ini memperkuat GNB yang didukung negara-negara berkembang.


No comments:

Post a Comment