Monday 30 October 2017

Sejarah Gedung Sate


Ternyata Gedung Sate itu  mempunyai sejarah panjang dan  unik. Siapa yang tahu, ada berapa  sate yang terdapat pada bacokan di atas gedung kantor gubernur itu? Ya betul, ada enam. Enam itu ternyata mempunyai arti tersendiri,  yaitu melambangkan enam juta  gulden yang merupakan biaya yang dihabiskan untuk membangun gedung tersebut.



Gedung Sate ini pun termasuk salah satu bangunan bersejarah yang populer di Kota Bandung. Bangunan ini awalnya dimaksudkan sebagai sentra pemerintahan Hindia Belanda.

Gedung Sate mulai dibangun pada 1920. Di puncak Gedung Sate terdapat tusuk sate dengan enam ornamen sate yang bentuknya seolah-olah jambu air atau melati. Setelah pemerintah Hindia Belanda berencana untuk memindahkan ibu kota Nusantara dari Batavia ke Kota Bandung pada tahun 1917, mereka menyewa tenaga seorang arsitek muda Belanda,  J. Gerber, untuk merancang gedung sentra pemerintahan yang baru. Para perancang juga berusaha menciptakan gedung pemerintahan ini semirip mungkin dengan suasana dan bangunan di Eropa.

Setelah memakan waktu 4 tahun, pembangunan induk bangunan utama Gedung Sate berhasil diselesaikan pada bulan September 1924, termasuk kantor sentra PTT (Perusahaan Pos dan Telekomunikasi) dan  perpustakaan.

Tanggal 3 Desember 1945 terjadi insiden yang memakan korban tujuh orang cowok yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan  pasukan Gurka. Untuk mengenang ke tujuh cowok itu, dibuatkan tugu dari kerikil yang diletakkan di belakang halaman gedung. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum dikala itu, pada tanggal 3 Desember 1970 tugu tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.

Kesempurnaan megahnya Gedung Sate dilengkapi dengan Gedung Baru hasil karya arsitek Ir. Sudibyo yang dibangun tahun 1977. Gedung  Baru ini diperuntukkan bagi para pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat dalam melakukan kiprah dan fungsinya sebagai forum legislatif Daerah.


No comments:

Post a Comment