Wednesday 14 June 2017

Kisah Sahabat Nabi: Miqdad Bin Amr


Seorang penunggang kuda yang pertama-tama dalam pasukan Islam, dialah Miqdad bin Amr. Seorang filsuf yang ucapannya teguh, pembangkit semangat kepahlawanan serta dicintai Yang Mahakuasa SWT dan RasulNya. Teringat Miqdad, teringat pulalah pada Al Alquran Surat 5 Al Maidah ayat 24, serta buah pikirnya atas ayat ini.

 "Mereka berkata, 'Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, alasannya ialah itu pergilah kau bersama Tuhanmu dan berperanglah kau berdua, sebenarnya kami hanya duduk menanti di sini saja." QS Al Maidah 24. Ayat ini menceritakan keengganan kaum Bani Israil ketika diminta oleh nabi Musa untuk membantunya mengambil alih Palestina.

Sebelum terjadinya perang Badar, jumlah kaum muslimin masih sangat sedikit. Tak mempunyai pengalaman perang sama sekali sementara jumlah kaum Quraisy begitu besar, ditambah dengan ketekadan dan kesombongannya.

Rasulullah SAW berkumpul dengan para sahabat. Setiap orang yang berkumpul di situ akan ditanya satu persatu pendapat mereka mengenai perang pertama yang akan dihadapi. Sebelum terjadi pembicaraan, Miqdad telah khawatir jikalau ada yang mengajukan keberatan sehingga menyurutkan semangat, maka ia telah bersiap untuk menjadi yang awal bicara.

Pertama yang berbicara ialah Abu Bakar Shidiq ra dengan kata-kata yang menentramkan hati. Lalu dilanjutkan oleh Umar bin Khattab ra. Selanjutnya, Miqdad lah yang angkat bicara. Inilah juga buah pikirnya atas surat Al Maidah 24 yang diamalkannya dalam perkataan dan perbuatan:

"Ya, Rasulullah...Teruslah laksanakan apa yang dititahkan Allah, dan kami akan bersama Anda!

Demi Allah, kami tidak akan berkata menyerupai yang dikatakan Bani Israil kepada Musa, 'Pergilah kau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sedang kami akan duduk menunggu di sini'.

Tetapi kami akan menyampaikan kepada Anda, 'Pergilah Anda bersama Tuhan Anda dan berperanglah, sementara kami ikut berjuang di samping Anda!'

Demi yang telah mengutus Anda membawa kebenaran, seandainya Anda membawa kami melalui lautan lumpur, kami akan berjuang bersama Anda dengan tabah hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kiri Anda, di bab depan dan di bab belakang Anda, hingga Yang Mahakuasa memberi Anda kemenangan!"

Demikianlah kata-kata Miqdad bin Amr yang populer itu dan masih terekam hingga sekarang. Jika bukan alasannya ialah kata-kata ini, maka tak akan pernah ada perjuangan, perang yang begitu bergelora dari pasukan muslimin dengan tak gentarnya melawan para musuh Yang Mahakuasa dan RasulNya. Demikianlah teguh keimanannya mengalahkan rasa takut sehingga menyulutkan perilaku kepahlawanan.

"Wahai Rasulullah... Sungguh kami telah beriman kepada Anda dan membenarkan Anda, dan kami saksikan bahwa apa yang Anda bawa itu ialah benar, serta untuk itu kami telah ikatkan janji dan padukan kesetiaan kami.

Maka majulah wahai Rasulullah laksanakan apa yang Anda kehendaki, dan kami akan bersama Anda!

Dan demi yang telah mengutus Anda membawa kebenaran, sekiranya Anda membawa kami menerjuni dan mengarungi lautan ini, akan kami terjuni dan arungi, tidak seorang pun di antara kami yang akan berpaling dan tidak seorang pun yang akan mundur untuk menghadapi musuh.

Sungguh kami akan tabah dalam peperangan, teguh dalam menghadapi musuh dan semoga Yang Mahakuasa akan menawarkan kepada Anda perbuatan kami yang berkenan di hati Anda. Nah, kerahkanlah kami dengan berkat dari Allah."

Tak ada yang lain selain kegembiraan yang diterima Rasulullah SAW atas pernyataan Miqdad bin Amr.

Siiruu wa absiruu. "Berangkatlah dan besarkanlah hati kalian."  Demikianlah disampaikan baginda Rasulullah SAW kepada kaum muslimin kala itu.

Maka berperanglah kaum muslimin yang hanya 300-an di perang Badar melawan 1400 orang pasukan kafir. Anggota pasukan berkuda hanya tiga orang saja, Miqdad bin Amr, Marstsad bin Abi Martsad dan Zubair bin Awam. Sementara pejuang lainnya berjalan kaki dan mengendarai unta.

Ketika membicarakan Miqdad, sang ksatria dari Hawari itu, para teman dan teman sejawatnya berkata, "Orang yang pertama memacu kudanya dalam perang sabil ialah Miqdad Ibdul Aswad." Miqdad yang termasuk orang pertama masuk Islam atau orang ketujuh menyatakan keislamannya secara terbuka, dulunya mempunyai nama belakang Ibnul Aswad yaitu nama bapak angkatnya. Karena tidak lagi diperbolehkan secara agama, maka digantilah kembali nama belakangnya sesuai nama bapak kandungnya, Amr bin Saad.

Sahabat Rasulullah SAW, Abdullah bin Masud yang populer pernah menyampaikan mengenai Miqdad, "Saya telah menyaksikan usaha Miqdad, sehingga saya lebih suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini..."

Filsuf  dan Ahli Pikir
Miqdad ialah seorang filsuf dan hebat pikir. Hikmat dan filsafat tidak saja terkesan dari ucapannya semata, tetapi terutama pada prinsip-prinsip hidup yang kukuh dan perjalanan hidup yang nrimo dan lurus.

Saat kembali dari sebuah kiprah sebagai Amir di suatu daerah, Rasulullah SAW bertanya kepada Miqdad, "Bagaimana pendapatmu menjadi Amir?"

Maka dengan penuh kejujuran dijawabnya, "Anda telah mengakibatkan daku menganggap diri di atas semua insan sedang mereka berada di bawahku. Demi yang telah mengutus Anda membawa kebenaran, sejak ketika ini saya tak berkeinginan menjadi pemimpin, sekalipun untuk dua orang untuk selama-lamanya."

Miqdad ialah seorang pemikir yang selalu mempertimbangkan apa yang dilakukannya. Ia menolak untuk bermegah-megah dan menolak jabatan sebagai Amir. "Orang yang berbahagia ialah orang yang dijauhkan dari fitnah," demikianlah hadist dari Rasulullah SAW yang selalu diulang-ulangnya. Sebuah jabatan baginya tidak lebih dari sebuah fitnah yang menyesakkan hati.

Pola pikirnya telah menghasilkan perilaku hati-hati dan tidak tergesa-gesa, terutama dalam menjatuhkan putusan atas seseorang. Miqdad selalu teringat pesan Rasulullah SAW, "Bahwa hati insan lebih cepat berputarnya daripada isi periuk di kala menggeletak."

Pada suatu hari duduklah beberapa orang di bersahabat Miqdad. Lewatlah seorang lelaki dan berkata pada Miqdad, "Sungguh berbahagialah kedua mata ini yang telah melihat Rasulullah SAW, demi Allah, seandainya kami sanggup melihat apa yang Anda lihat dan menyaksikan apa yang Anda saksikan..."

Miqdad menghampirinya dan berkata, "Apa yang  mendorong kalian untuk ingin menyaksikan insiden yang disembunyikan Yang Mahakuasa dari pengelihatan kalian, padahal kalian tidak tahu apa alhasil jikalau sempat menyaksikannya?

Demi Allah, bukankah di masa Rasulullah SAW banyak orang yang ditelungkupkan Yang Mahakuasa mukanya ke neraka jahanam?

Kenapa kalian tidak mengucapkan puji kepada Yang Mahakuasa yang menghindarkan kalian dari malapetaka menyerupai yang menimpa mereka itu, dan mengakibatkan kalian sebagai orang-orang yang beriman kepada Yang Mahakuasa dan Nabi kalian?"

Demikianlah pedoman Miqdad. Setiap orang niscaya ingin hidup di masa Rasulullah SAW. Tapi pada jaman Nabi SAW pun ada orang yang tetap kafir masuk neraka. Maka, daripada berandai-andai sanggup hidup di jaman Rasulullah SAW, lebih baik bersyukur dan memuji Yang Mahakuasa SWT di jaman kapanpun kita hidup.

Pada suatu ketika, Miqdad keluar bersama rombongan tentara yang sewaktu-waktu sanggup dikepung oleh musuh. Komandan mengeluarkan perintah biar tidak seorang pun menggembalakan binatang tunggangannya. Tetapi salah seorang anggota tidak mengetahui larangan tersebut sehingga diberi hukuman. Namun, eksekusi itu terlalu berat.

Orang itu menangis sambil berteriak-teriak. Miqdad mengambil tangannya untuk dibawanya menghadap komandan. Ia tak segan membela orang yang tertindas ketika mendapatkan ketidakadilan. Setelah mengetahui duduk perkaranya, terungkaplah juga kesalahan sang komandan.

"Biar mati, asal Islam tetap jaya!" Begitulah semboyan Miqdad bim Amr. Prinsip yang selalu diwujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kejayaan yang walaupun harus dibalas dengan nyawa sekalipun. Kiranya Miqdad telah memperoleh kehormatan dari Rasulullah SAW dan mendapatkan ucapan,

"Sungguh Yang Mahakuasa telah menyuruhku untuk mengasihi empat orang dan Yang Mahakuasa telah memberikan pesanNya bahwa mengasihi mereka. Mereka ialah Ali, Al Miqdad, Abu Dzar al Ghifari, dan Salman Al Farisi."

Semoga penghormatan dilimpahkan atasmu di alam abadi Miqdad bin Amr. Semoga Yang Mahakuasa menurunkan semangat kepahlawanan Miqdad di hati para pejuang dan pembela Islam yang menjadi penerusnya.

Alhamdulillah



No comments:

Post a Comment