Wednesday 3 May 2017

Dongeng Sahabat Nabi: Zubair Bin Awwam



Zubair bin Awwam yaitu ksatria muslim yang gagah berani. Ia penunggang kuda handal yang ditakuti. Kegarangannya menerjang masuk ke pasukan musuh menciptakan mereka gentar. Pedangnya berkibas dan luka yang mengiris tubuhnya tak dirasakannya.

Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah yaitu dua ksatria yang merupakan tetangga Rasulullah SAW di surga, demikianlah yang dinyatakan Rasulullah SAW. Setiap menyebut nama Zubair niscaya disebut Thalhah begitu pula sebaliknya.

Keduanya mempunyai beberapa kesamaan yaitu sama-sama tumbuh remaja, termasuk mereka yang dulunya dari keluarga berada, mempunyai keteguhan beragama, gagah berani, angkatan pertama masuk Islam, sepuluh orang yang diberi kabar gembira masuk surga, dan sobat Rasulullah SAW yang enam, andal musyawarah yang diserahi oleh Umar bin Khatthab menentukan kalifah sepeninggalnya. Zubair merupakan tujuh orang yang pertama-tama masuk Islam, sejak Islam masih disebarkan secara sembunyi di rumah Arkam dan kala itu usianya gres lima belas. 

Seorang penunggang kuda yang berani
Suatu kali dikala sedang berada di rumah Arkam, terdengar kabar angin bahwa Rasulullah SAW terbunuh. Zubair segera mengambil pedangnya, menunggang kuda dan menyisir kota Mekah mencari kebenaran informasi itu. Sampai balasannya bertemu dengan Rasulullah SAW di suatu tempat yang tinggi di Mekah. Rasulullah SAW menanyakan apa yang diperbuatnya. Rasulullah SAW pun memohonkan senang dan mendoakan kebaikan Zubair. 

Zubair berasal dari keluarga terpandang suku Quraisy. Saat memeluk Islam, tak kurang dari derita yang dialaminya, terutama dari pamannya sendiri. Pernah ia disekap, dikurung, diberi asap hingga sesak nafas. Padahal kala itu ia masih anak muda yang gres tumbuh. 

Menghalau Musuh
Zubair melaksanakan hijrah ke Habsyi (Ethiopia) dua kali. Ia kembali lagi ke Arab untuk mengejar ketinggalan dalam berperang bersama Rasulullah SAW. Ia menderita banyak bacokan dan meninggalkan bekas yang menawarkan keperkasaannya. 

Saat perang Uhud usai dan pasukan Quraisy kembali ke Mekah, Zubair diutus Rasulullah SAW bersama  Abu Bakar untuk mengikuti gerakan tentara Quraisy dan menghalau mereka sehingga kaum kafir akan berpikir bahwa muslimin pastinya masih punya kekuatan. 

Abu Bakar dan Zubair memimpin 70 orang muslimin. Kaum Quraisy berpikir bahwa pasukan itu yaitu pendahulu balatentara yang akan lebih banyak lagi dibelakangnya. Melihat itu, kaum Quraisy segera bergegas kembali ke Mekah. 

Selain perang Yarmuk, Zubair merupakan prajurit yang memimpin eksklusif pasukan.  Saat pasukannya gentar melihat tentara Romawi, Zubair berteriak, ”Allahu Akbar!” Ia maju dan membelah pasukan musuh sambil mengayunkan pedang. 

Zubair merindukan syahid. Ia bahkan menamakan anak-anaknya dengan nama para syuhada. Ia tak pernah memerintah satu daerah, mengumpul pajak, atau jabatan lain. Ia semata-mata menjalankan tugasnya untuk berperang di jalan Islam. 

Sewaktu pengepungan atas Bani Quraidha sudah berjalan usang tanpa membawa hasil, Rasulullah SAW mengirimnya bersama Ali binAbi Thalib. Ia bangun di muka benteng musuh yang berpengaruh sambil mengulang ucapannya, ”Demi Tuhan supaya kami rasakan sendiri apa yang dirasakan Hamzah atau jika tidak, akan kami tundukkan benteng mereka!”

Ia kemudian terjun ke dalam benteng hanya berdua saja dengan Ali,dan dengan kekuatan syarafnya mereka berhasil mengembangkan rasa takut pada musuh-musuh yang bertahan dalam benteng, kemudian membukakan pintu-pintu benteng tersebut bagi mitra mereka di luar.

Saat perang Hunain, Zubair melihat pemimpin suku Hawazin yang juga menjadi panglima pasukan musyrik dalam perang tersebut namanya Malik bin Auf. Terlihat olehnya setelah pasukan Hawazin bersama panglimanya lari tunggang langgang dari medan perang Hunain. Ia sedang berada di tengah-tengah gerombolan besar sahabatnya bersama sisa pasukan yang kalah, maka secara tiba-tiba diserbunya rombongan itu seorang diri sehingga mereka kucar-kacir. Ia menghalaunya dari tempat persembunyian mereka.

Pembela Rasulullah SAW
Kecintaan dan penghargaan Rasulullah SAW terhadap Zubair luar biasa dan dia sangat membanggakannya. ”Setiap Nabi mempunya pembela dan pembelaku yaitu Zubair bin Awwam,” demikianlah pernyataan Rasulullah SAW perihal Zubair. Zubair yang suami dari Asma binti Abu Bakar, merupakan seorang yang pemurah dan suka mengorbakan hartanya demi Tuhan SWT.

Hasan bin Tsabit telah melukiskan sifat-sifat Zubair ini dengan indah: ”Ia bangun teguh menepati janjinya kepada Nabi dan mengikuti petunjuknya. Menjadi pembelanya, sementara perbuatan sesuai dengan perkataannya. Ditempuhnya jalan yang telah digunakannya, tak hendak menyimpang daripadanya. Bertindak sebagai pembela kebenaran, alasannya yaitu kebenaran itu jalan sebaik-baiknya.  Ia yaitu seorang berkuda yang termasyur dan hero yang gagah perkasa. Merajalela di medan perang dan ditakuti di setiap arena. Dengan Rasulullah SAW mempunyai pertalian darah dan masih berafiliasi keluarga. Dan dalam membela Islam mempunyai jasa-jasa yang tidak terkira. Betapa banyaknya marabahaya yang mengancam Rasulullah SAW Nabi al Musthafa. Disingkirkan Zubair dengan ujung pedangnya, maka semoga Tuhan membalas jasa-jasanya.”

Zubair orang yang berbudi tinggi dan bersifat mulia. Keberanian dan kepemurahannya seimbang laksana dua kuda satu tarikan, ia telah berhasil mengurus perniagaannya dengan gemilang, kekayaannya melimpah, tetapi semua itu dibelanjakannya untuk membela Islam, sehingga ia sendiri mati dalam berhutang. 

Tawakalnya kepada Tuhan merupakan dasar kepemurahannya, sumber keberanian dan pengorbanannya hingga ia rela menyerahkan nyawanya dan diwasiatkannya kepada anaknya Abdullah untuk melunasi hutang-hutangnya. ”Bila saya tak bisa membayar utang, minta tolonglah kepada Maulana induk semang kita.”
Anaknya Abdullah bertanya padanya, ”Maulana yang mana Bapak maksudkan?”
Jawab Zubair, ”Yaitu Allah, induk semang dan penolong kita yang paling utama.”
Kata Abdullah kemudian, ”Maka demi Allah, setiap saya terjatuh ke dalam kesukaran alasannya yaitu utangnya, tetap saya memohon, Wahai Induk Semang Zubair, lunasilah hutangnya, maka Tuhan mengabulkan permohonanku itu dan Alhamdulillah hutang pun sanggup dilunasi.”

Gugur Tanpa Menyelisihi Ali bin Abi Thalib
Dalam perang Jamal, Zubair menemui final hayatnya setelah ia menyadari kebenaran dan berlepas tangan dari peperangan. Ia berlepas diri untuk memerangi Ali bin Abi Thalib di suasana muslim yang kala itu mulai terpecah belah setelah meninggalnya kalifah Usman bin Affan. 

Sesudah menyadari kebenaran dan berlepas tangan dari peperangan, ia terus diintai oleh golongan yang menghendaki berkobarnya api fitnah, kemudian ia pun ditusuk oleh seorang pembunuh yang curang waktu sedang lengah yakni dikala sedang duduk sholat menghadap Tuhan SWT.

Si pembunuh pergi kepada imam Ali, dengan maksud melaporkan tindakannya terhadap Zubair. Ia mengira Ali akan senang mendengar beritanya itu. Tetapi Ali berteriak mengetahui hal tersebut. ”Sampaikan informasi kepada pembunuh putra ibu Shafiah itu bahwa untuknya telah disediakan api neraka!”

Ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali oleh beberapa orang sahabat, ia mencium dan usang sekali ia menangis kemudian katanya, ”Demi Allah, pedang ini banyak berjasa, dipakai oleh pemiliknya untuk melindungi Rasulullah SAW dari marabahaya. 

Selamat dan senang bagi Zubair dalam kematian setelah mencapai kejayaan hidupnya! Selamat kemudian selamat kita ucapkan kepada pembela Rasulullah!”

Salam untukmu Zubair bin Awwam. Salam untukmu para Syuhada.




No comments:

Post a Comment