Monday 15 May 2017

Dongeng Sobat Nabi: Abdullah Ibnu Rawahah



Abdullah Ibnu Rawahah termasuk kaum Anshar yang pertama-tama masuk Islam pada Baiat Aqabah. Beliau ialah orang yang banyak perjuangan dan kegitannya dalam membela Islam setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ia juga yang mengawasi sepak terjang Abdullah bin Ubay, pemimpin golongan munafik. 

Ibnu Rawahah ialah seorang penulis yang tinggal di lingkungan berakal baca tulis. Ia seorang penyair yang lancar. Suatu hari dikala sedang duduk-duduk, Nabi SAW bertanya padanya, “Apa yang Anda lakukan bila hendak mengucapkan syair?”

Jawabnya kepada Nabi SAW,  “Kurenungkan dulu, kemudian ku ucapkan.” Lalu teruslah ia mengucapkan syairnya tanpa tangguh: 

“Wahai putra Hasyim yang baik, sungguh Tuhan telah melebihkanmu dari seluruh manusia, dan memberimu keutamaan, dimana orang tak usah iri, dan sungguh saya menaruh firasat baik yang kuyakini terhadap dirimu, suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka. Seandainya Anda bertanya dan meminta pertolongan mereka dalam memecahkan persoalan, tiadalah mereka hendak menjawab atau membela. Karena itu Tuhan mengukuhkan kebaikan dan anutan yang Anda bawa sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa.”

Mendengar itu, Rasulullah SAW bangga dan ridho padanya dan berkata, “Dan engkau pun akan diteguhkan Allah.”

Sewaktu Rasullullah sedang tawaf di Mekah pada umrah qadla, Ibnu Rawahah berada di muka ia seraya membaca syair:

“Oh Rabb, kalaulah tidak alasannya ialah Engkau, pasti tidaklah kami akan menerima petunjuk, tidak akan bersedekah dan sholat.  Maka mohon diturunkan sakinah atas kami dan diteguhkan pendirian kami jikalau musuh tiba menghadang. Sesungguhnya orang-orang yang telah aniaya terhadap kami, bila mereka menciptakan fitnah akan kami tolak dan kami tentang.”

Ibnu Rawahah sempat berduka dikala turun ayat: “Dan para penyair banyak pengikut mereka ialah orang-orang yang sesat”. QS Asy Syuara 224

Namun, ia menjadi lega, dikala Tuhan meneruskan firmanNya: “Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan berinfak saleh dan banyak ingat kepada Tuhan dan menuntut bela setelah mereka dianiaya”. QS asy Syuara 227.

Pejuang Perang dan Motivator Ulung
Ibnu Rawahah ialah salah seorang pejuang yang turun ke aneka macam perang melawan kaum kafir di pertempuran Badar, Uhud, Khandak, Hudaibiah dan Khaibar. Kalau Indonesia punya Bung Tomo, umat Islam dahulu sudah punya Abdullah Ibnu Rawahah. Ia ialah seorang motivator ulung. 

“Wahai diri! Seandainya engkau tidak tewas terbunuh, tetapi engkau pasti akan mati juga!”

Ia meneriakkan semangat tempurnya: “Menyingkir kalian belum dewasa kafir dari jalanNya! Menyingkir kamu, setiap kebaikan akan ditemui pada RasulNya!”

Syahid di Perang Muktah
Sebelum berperang  Muktah di negeri Syam, Ibnu Rawahah melantunkan syairnya:

“Yang kuminta kepada Tuhan Yang Maha Rahman
Keampunan dan kemenangan di medan perang
Dan setiap ayunan pedangku memberi ketentuan
Bertekuk luturnya angkatan perang setan
Akhirnya saya tersungkur memenuhi harapan
Mati syahid di medan perang”

Abdullah bin Rawahah ialah panglima ketiga dalam pasukan Islam. Pasukan muslim melihat jumlah pasukan Romawi pimpinan Heraklius kala itu sekitar dua ratus ribu orang ibarat tak habis-habis.

Seseorang dari pasukan muslim ketakutan dan berkata, “Baiknya kita kirim utusan kepada Rasulullah memberi tahu jumlah musuh yang besar. Mungkin kita sanggup menerima sumbangan embel-embel pasukan.”
Ibnu Rawahah pribadi bangkit dan berteriak:

“Kawan-kawan sekalian! Demi Allah, bantu-membantu kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan dalam bilangan, kekuatan atau banyaknya jumlah! Kita tidak memerangi mereka, melainkan alasannya ialah mempertahankan agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Allah! Ayolah kita maju, salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, kemenangan atau syahid di jalan Allah!”

Pasukan muslimin pribadi tersengat semangatnya. Mereka maju menghadapi pasukan kafir yang jumlah berlipat-lipat.  Sampai alhasil kedua pasukan bertemu dan pecahlah peperangan.

Pemimpin pertama Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid, disusul Jafar bin Abi Thalib.Melihat keduanya syahid, Ibnu Rawahah berkata:

“Aku telah bersumpah wahai diri, maju ke medan laga
Tetapi kulihat, engkau menolak  surga…
Wahai diri, bila kau tak tewas terbunuh, kau kan pasti mati
Tibalah waktunya apa yang engkau idam-idamkan selama ini
Jika kau ikuti jejak keduanya, itulah kesatria sejati…!”

Ibnu Rawahah pun menyerbu pasukan Romawi menjemput takdirnya sebagai syahid berikutnya. Pedangnya tak berhenti menebas, hingga tubuhnya tak sanggup lagi menahan tebasan pedang  kepadanya. Tuhan telah mengangkatnya sebagai syuhada. 

Prajurit muslim yang melewatinya berkata, “Wahai prajurit perang yang dipimpin Allah, dan benar ia telah terpimpin. Benar Engkau ya Ibnu Rawahah! Anda ialah prajurit yang telah dipimpin oleh Allah!”

Saat terjadi perang Muktah, Rasulullah SAW di Madinah pribadi termenung diliputi gosip yang dirahmatkan Tuhan pada Beliau. Mata Nabi SAW  berkaca-kaca. Beliau berkata pada sahabatnya, “Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Jafar dan ia bertempur pula bersamanya hingga syahid pula…”

Nabi SAW membisu sebentar, “Kemudian panji itu dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan ia bertempur bersama panji itu hingga alhasil ia pun syahid pula.” Rasulullah SAW termenung kemudian wajahnya berubah cerah, “Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku ke surga…”

Salam atasmu Ibnu Rawahah, salam atasmu Para Syuhada.

Alhamdulillah


No comments:

Post a Comment