Saturday 21 January 2017

Pertempuran Ain Jalut (Bani Mamluk Dan Tentara Mongol)


Pertempuran Ain Jalut (atau Ayn Jalut dalam bahasa Arab : عين جالوت yang artinya Mata Jalut) terjadi pada tanggal 3 September 1260 di Palestina antara Bani Mameluk (Mesir) yang dipimpin oleh Qutuz dan Baibars berhadapan dengan tentara Mongol pimpinan Kitbuqa.

Banyak jago sejarah menganggap pertempuran ini termasuk salah satu pertempuran yang penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah dimana mereka untuk pertama kalinya mengalami kekalahan telak dan tidak bisa membalasnya dikemudian hari ibarat yang selama ini mereka lakukan kalau mengalami kekalahan.




Profil Dinasti Mamalik (Mamluk)
Mamalik; dalam Bahasa Arab yaitu bentuk plural (jamak) dari "Mamluk" yang mempunyai arti Budak. Mereka ini awalnya yaitu tawanan perang para penguasa Mesir dari Dinasti Ayyubiyah. Yang kemudian dididik dan dilatih perang oleh penguasa dinasti Ayyubiyah.

Puncaknya, pada masa Al-Malik Al-Shaleh (sultan terakhir Dinasti Ayyubi) para Budak yang terlatih ini dipercayai menangani tugas-tugas penting negara, dan menerima hak-hak istimewa baik jabatan maupun material. Mereka umumnya berasal dari tempat Kaukasus dan maritim Kaspia.

Ketika Sultan Al-Malik Al-Shaleh meninggal (1249 M), dan kemudian digantikan anaknya Turansyah, para pejabat Mamalik merasa posisinya terancam, alasannya Sultan Turansyah muda secara terbuka lebih memihak suku Kurdi yang ketika itu menjadi tentangan politik Mamalik.

Maka mereka (Mamalik) bersepakat untuk melaksanakan konfrontasi menghabisi nyawa Sultan. Diawaki dua jendral perangnya Aybak dan Baybars, mereka berhasil memenggal kepala Sultan pada (1250 M), kemudian secara sepihak mengangkat permaisuri Syajarat Dur sebagai Ratu. Selang tiga bulan sang Ratu kemudian diperistri oleh jendral Baybak, maka semenjak ketika itulah Dinasti Mamalik resmi dibangun.

Macan Asia (Bangsa Mongol)
Tak ada yang istimewa dari pemerintahan Dinasti Mamalik, selain catatan sejarah yang mengungkap kesuksesan "tragedi Ain Jalut", yaitu suatu lembah yang menjadi saksi patahnya sayap dominasi tentara Tar-tar untuk menjajah Negara-negara islam. Sadis, kejam dan tak kenal ampun begitulah sekilas potret tentara Mongol ini. Setiap kota yang mereka singgahi akan menjadi abu. Mereka tak ubahnya yaitu bangsa Bar-bar yang tak tahu mengapresiasi sebuaah peradaban Setiap kota yang mereka singgahi akan menjadi abu. Mereka tak ubahnya yaitu bangsa Bar-bar, Qaswin memanjang ke Moro, Nisabur, Harat dan terakhir Baghdad. Tak ada satupun dari negara-negara bab khilafah tersebut, yang mampu melawan dan mempertahankan kekuasaannya. Semua bertekuk di hadapan bangsa Tar-tar. Sejumlah pengamat menilai bahwa hal itu terjadi alasannya kelemahan Militer, dan ekonomi, serta konflik internal umat Islam dalm perebutan kekuasaan.

Sang Penakluk (sultan Qutuz)
Dilahirkan sebagai budak yang dijual di pasar Damaskus, ia menghabiskan waktu mudanya di kota itu, ia terlihat cukup antusias membekali diri dengan ilmu agama dan kemiliteran. Sehingga kelak perjaka ini tumbuh menjadi perjaka yang tangguh, dan bermental baja. Sesekali ia terlihat menghadiri majelis Al-Izz Ibnu Abdissalam Sultanul Ulama' (pemimpin ulama kala itu) Tak heran bila kemudian Qutuz muda, banyak terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran Al-Izz, untuk menyatukan umat Islam ketika itu di bawah satu bedera, dan secara serempak mengusir tiap bahaya dan intervensi asing.

Tragedi Perang Ain Jalut
Perang Ain Jalut, yang terjadi pada 3 September 1260 Masehi atau 25 bulan puasa 658 Hijriah, merupakan salah satu pertempuran besar dalam sejarah Islam. Selain itu, pertempuran ini, berdasarkan banyak jago sejarah, termasuk salah satu pertempuran yang penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah. Dalam perang itu, untuk pertama kalinya bangsa Mongol mengalami kekalahan telak dan tidak bisa membalasnya di kemudian hari. Padahal Mongol (Tartar) telah menguasai banyak daerah Islam dan bahkan menjatuhkan Khilafah Abbasiah. Mereka juga berhasil membunuh Khalifah Mu’tashim Billah di Bagdad pada 656 H/1256 M.

Di bawah pimpinan Hulaku (Hulega), cucu Genghis Khan, perluasan Tartar meluas hingga ke wilayah Gaza. Mereka pun berniat menaklukkan Mesir dan Maghribi, yang merupakan kubu simpulan yang terkuat bagi kaum muslimin. Kemudian Hulaku mengirim kurir untuk mengantarkan sepucuk surat bahaya bagi penguasa wilayah Mesir, Mahmud Saifudeen Qutuz. Isi surat antara lain menyatakan, “Kami telah menghancurkan tanah itu, menimbulkan belum dewasa mereka yatim-piatu, menyiksa dan membunuh mereka, serta menimbulkan pemimpin meraka tawanan. Apakah Anda pikir Anda bisa melepaskan diri dari kami?”

Tak bersedia tunduk di bawah kekuasaan Mongol, Sultan Qutuz (Quds) membalas bahaya itu dengan perlawanan. Sultan Qutuz memperlihatkan tanggapan yang tak diduga oleh pimpinan Mongol. Delegasi Mongol dibunuh dan mayit mereka dibiarkan tergantung di dalam kota. Tindakannya itu meningkatkan semangat tentara dan rakyatnya, tapi di sisi lain memberikan tamparan keras bagi pimpinan Mongol. Maka meletuslah perang di wilayah Ain Jalut, Palestina Utara, antara pasukan Sultan Quds dan Panglima Baibars berhadapan dengan tentara Mongol pimpinan Kitbuqa. Sebelum pertempuran, kedua belah pihak berkemah di Palestina pada Juli 1260 dan karenanya berhadapan di Ain Jalut.

Kekuatan kedua belah pihak hampir sama, sekitar 20 ribu tentara. Panglima Baibars memakai strategi dengan memancing keluar pasukan berkuda Mongol yang populer hebat ke arah lembah sempit. Saat mereka terjebak di lembah itulah, pasukan berkuda tentara Quds, yang sebelumnya bersembunyi di erat lembah, melaksanakan serangan balik dengan kekuatan penuh. Taktik ini menuai sukses besar, dengan kemenangan di pihak Sultan Quds. Pasukan Mongol pun mundur. Bahkan pemimpinnya ditawan dan dieksekusi.

Selain itu, dalam perang ini pasukan Mesir memakai meriam genggam (bahasa Arab “midfa”), yang merupakan penggunaan jenis senjata ini untuk pertama kalinya. Berdasarkan catatan sejarah, komposisi bubuk mesiu yang digunakan pada pertempuran Ain Jalut ada empat jenis gabungan bubuk. Bubuk yang daya ledaknya paling tinggi mempunyai komposisi yang hampir serupa dengan bubuk mesiu modern, terdiri atas potasium nitrat, sulfur, dan karbon. Campuran ini mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada bubuk mesiu yang di Tiongkok dan Eropa pada masa itu. Pertempuran Ain Jalut juga menjadi tempat pertama kali dipakainya peluru bubuk mesiu, yang digunakan Mesir pada tombak api dan meriam genggam.

Kemenangan Sultan Quds juga berkat santunan ulama di garis belakang, yaitu Syekh-ul-Ulama’ Al-Izz bin AbdisSalam. Sang ulama mengobarkan semangat, menyerukan kepada kaum muslimin untuk berjihad, melalui mimbar-mimbar masjid. Ia juga menyerukan kepada rakyat untuk menyediakan perlengkapan perang.

Selebrasi Kemenangan Tragedi Ain Jalut
Keimanan yang kokoh disertai semangat yang menyala-nyala terbukti tidak sia-sia, pasukan Islam berhasil mempermalukan Tar-tar, dan memaksa mereka menelan pil pahit kekalahan yang sebelumnya yang tak pernah mereka mimpikan. Dalam perang ini Sultan Qutuz sempat terjatuh dari kudanya. Tapi, dengan pertolongan Tuhan ia bisa berdiri lagi, dan tampil perkasa dangan tebasan pedangnya, yang berhasil memutus leher pimpinan perang pasukan Tar-tar (jendral Katab Ghu). Kemudian kepalanya diarak di jalanan kota Kairo, sebagai tanda perayaan.

Sultan Qutuz memangku jabatan sesudah bencana Ain Jalut tidak hingga satu tahun. Tapi, teriakannya di medan perang "wa Islamaah" masih akan terus terngiang di pendengaran sejarah. Yel sederhana, namun terbukti mampu melecut nadi si pengecut menjadi berani, dan si lemah menjadi berpengaruh akan terpahat dalam karismatik sejarah. Sehingga pasukan terlatih serta kaya pengalaman ibarat Tar-tar bisa dibinasakan dan dikalahkan dengan sangat tragis. Keangkuhan dan kesombongan mereka karenanya terendam membisu dan bisu ditelan sejarah. Demikianlah, sekelumit wacana seorang budak di mata manusia, namun isensinya dialah tuan yang terhormat di hadapan Tuhan. Akhirnya sejarah selalu mencatat, bahwa Islam yang tidak mengenal ras, kasta, madzhab dan golongan akan (selalu) menjadi pemenang

No comments:

Post a Comment