Friday 14 October 2016

Mengenal Zat Suplemen Pada Makanan


Zat aditif yakni materi tambahan masakan yang mempunyai kegunaan sebagai pemanis pada produk masakan dan minuman. Bahan ini umumnya diharapkan untuk menambah rasa, memberi warna, melembutkan tekstur, dan mengawetkan makanan.

Zaman dulu orang masih memakai zat tambahan alami dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Contohnya, untuk memberi rasa cantik digunakan gula tebu dan madu, sedangkan daun suji, kunyit, gula merah, dan daun jati ditambahkan untuk memberi warna pada masakan atau minuman.



Namun sayangnya, kini banyak produsen masakan yang mengganti zat tambahan alami tersebut dengan zat tambahan sintetis yang sifatnya lebih berbahaya bagi kesehatan insan apabila dikonsumsi secara terus menerus dan berlebihan. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), ada dua macam kategori zat aditif pada makanan. Pertama, zat aditif yang diizinkan untuk digunakan dengan jumlah penggunaan maksimum. Kedua, zat aditif yang dihentikan untuk digunakan pada pangan lantaran memang bersifat membahayakan kesehatan.

Jenis zat tambahan yang boleh digunakan untuk masakan oleh para ilmuwan dikelompokkan sebagai berikut:
  • Bahan pengental yang berbahan lemak dan air. 
  • Bahan penstabil dan pemekat, misalnya alginat. 
  • Bahan peningkatan nutrisi, misalnya banyak sekali macam ekstrak vitamin 
  • Bahan pengawet makananan, misalnya garam nitrat 
  • Bahan pengembang untuk roti dan bolu 
  • Bahan penyedap rasa, misalnya monosodium glutamat 
  • Bahan pemberi warna. 
Zat tambahan yang berbahaya digunakan pada pangan diuraikan berikut:
  • Formalin, materi yang biasa digunakan dalam industri plastik, kertas, tekstil, cat dan pengawet mayat. Saat ini formalin sering digunakan pada ayam, tahu, dan mie untuk menambah kekenyalan dan memperpanjang masa simpan produksi.
  • Boraks, materi adonan pada detergen yang juga sering dicampurkan pada bakso dan kerupuk untuk memperbaiki warna, tekstur, dan rasa.
  • Pewarna rhodamin B, biasa digunakan dalam industri tekstil, kini juga banyak digunakan untuk memberi warna pada masakan dan kosmetik. 
Penggunaan zat aditif secara hiperbola dan terus menerus sanggup membahayakan kesehatan. Hal ini disebabkan sifat zat aditif yang mutagenik/karsinogenik sehingga sanggup menjadikan kelainan genetik, kanker, penuaan sel, dan kerusakan organ yang lain. 

Berikut beberapa imbas negatif zat aditif ke badan manusia:
  • Penyedap rasa, menyerupai MSG, sanggup menciptakan kerusakan otak, kelainan hati, hipertensi, stres, demam tinggi, penuaan dini, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidakmampuan belajar, dan depresi. 
  • Pemanis buatan, menyerupai sakarin dan aspartan, sanggup mengakibatkan kanker kantong kemih dan gangguan saraf dan tumor otak. 
  • Pewarna sintetis, banyak dijumpai pada sirup dan kue, sanggup menjadikan alergi dan kanker hati. 
  • Formalin, sanggup mengakibatkan kanker dan sanggup merusak sistem saraf. 
  • Boraks, sanggup menjadikan rasa mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit dan kerusakan ginjal. 
  • Pewarna rhodamin B sanggup mengakibatkan kanker dan menjadikan keracunan pada paru-paru, maag, tenggorokan, hidung dan usus. 
Kita sebagai konsumen memang harus waspada dan teliti dalam menentukan makanan. Sebaiknya makan bahan-bahan alami. Kalaupun kita memakai produk olahan sudah jadi, perhatikan komposisi kandungannya dan menentukan produk yang paling sedikit penggunaan zat aditifnya

Khusus untuk formalin, kita sanggup mengetesnya terlebih dahulu pada masakan dengan mencelupkan kertas indikator pada air rendaman masakan tersebut. Apabila berubah warna bisa dipastikan masakan tersebut memakai formalin. Sekarang, kertas indikator tersebut bisa diperoleh di apotik dan toko obat.


No comments:

Post a Comment