Friday 18 March 2016

Jaka Tole



Tersebutlah seorang anak Madura berjulukan Jaka Tole. Karena kesaktiannya, ia berhasil menegakkan pintu gerbang Keraton Majapahit. Jaka Tole seorang prajurit yang tangkas dan cekatan dalam memimpin pasukan. Setiap pemberontakan terhadap Majapahit selalu berhasil ia padamkan dengan tidak terlalu banyak memakan korban. Tidak absurd jikalau Raja sangat sayang kepadanya. Ia sering mendapat hadiah dari Raja.




Karena Raja sangat sayang kepada Jaka Tole, ada beberapa orang iri hati kepadanya. Mereka yang merasa tidak bahagia itu membuatkan fitnah bahwa kesetiaan Jaka Tole kepada  Raja hanya setengah-setengah. Jaka Tole berjuang bukan untuk kejayaan Majapahit, tetapi  sekedar mendapat hadiah dari Paduka Raja.

Fitnah itu balasannya hingga ke pendengaran Raja. Raja sesungguhnya ragu akan kebenaran informasi itu. Raja pun memutuskan untuk menguji kesetiaan Jaka Tole. Untuk menunjukan kesetiaan Jaka Tole, Raja pun akan menjodohkan dengan putrinya yang buta.

Raja mulai berbicara, “Jaka Tole, saya memiliki seorang putri berjulukan Dewi Ratnadi. 
Maukah engkau seandainya ia kujodohkan denganmu?”

“Saya siap untuk dijodohkan dengan putri Paduka,” jawab Jaka Tole dengan bunyi tegas.
“Tetapi, apakah engkau tidak akan menyesal kemudian hari?” tanya Raja.
“Mengapa saya akan menyesal?” tanya Jaka Tole.
“Ketahuilah,” kata Raja menjelaskan, “Putriku ini buta. Apakah engkau tetap bersedianya mengawininya?’
“Saya tetap bersedia,” jawab Jaka Tole dengan bunyi mantap.
Raja tersenyum bangga mendengar jawaban Jaka Tole yang meyakinkan itu.

Beberapa hari kemudian pesta perkawinan pun dilaksanakan. Setelah upacara dan pesta ijab kabul selesai, JakaTole dan istrinya minta izin kepada Raja untuk pulang ke Sumenep. Raja mengijinkan mereka. Para pegawai keraton pun menyiapkan tandu untuk mengantar ke Sumenep, tetapi Jaka Tole menolak untuk diantar. Sambil menggendong istrinya, Jaka Tole berangkat ke arah timur meninggalkan sentra pemerintahan Majapahit yang indah permai. Jaka Tole tetap mengatakan rasa sayangnya kepada istrinya.

Setelah hingga di pelabuhan Gresik, Jaka Tole dan istrinya beristirahat beberapa hari  di bandar yang ramai disinggahi perahu-perahu dari  berbagai negeri. Kemudian, mereka menyebarang  laut menuju barat Pulau Madura.  Setelah naik ke darat, istrinya ingin mandi. Jaka Tole gundah alasannya ialah di sekitar daerah itu tidak  ada sumur atau sungai. Lalu, ia mengambil tongkat  istrinya. Setelah tongkat itu dicabut, keluarlah air yang  memancar dari dalam tanah pribadi menyemprot  wajah istrinya.

“Kanda Jaka Tole,” teriak Dewi Ratnadi dengan gembira, “Aneh sekali, mata saya kini  bisa melihat.”
“Benarkah itu, Dewi? Tanya Jaka Tole setengah tidak percaya.
“Betul,” jawab Dewi Ratnadi, “Untuk apa saya berdusta. Coba lihatlah kedua mata saya.  
Saya kini sudah sanggup memandang wajah Kanda.” 

Jaka Tole pun memperhatikan mata istrinya. Tampak mata istrinya sudah terbuka dengan biji mata seindah bintang kejora. Hati Jaka Tole sangat gembira. Ia memanjatkan doa dan bersyukur kepada Yang Mahakuasa atas anugerah yang tiada terkira ini.. Air yang keluar dari dalam tanah itu balasannya menjadi sumber air yang sangat jernih. Tempat  itu hingga kini disebut Soca, artinya mata. Dalam perjalanan selanjutnya mereka terus  berjalan ke arah timur. Berhari-hari lamanya mereka berjalan melewati dataran rendah yang  luas dan naik turun perbukitan. Ketika datang di sebuah tempat, istrinya ingin mandi, Jaka Tole  pun menancapkan tongkatnya ke tanah. Keluarlah air yang sangat deras. Sumber besar yang terletak di sebelah timur bahari kota Sampang itu disebut Omben. Perjalanan Jaka Tole dan istrinya pun diteruskan menuju ke timur. Setelah hingga di  Sumenep, Jaka Tole disambut dengan bangga oleh ayah bundanya serta masyarakat Sumenep.  Apalagi Jaka Tole membawa pulang seorang isteri yang anggun rupawan.

Kakak Jaka Tole dari pihak ibu berjulukan Pangeran Saccadiningrat, ialah seorang raja yang memerintah negeri Sumenep. Pemerintahannya berada di bawah kekuasaan Majapahit. Setelah Saccadiningrat memasuki usia tua. Jaka Tole pun dinobatkan sebagai adipati yang memerintah wilayah Sumenep. Di bawah kepemimpinan Jaka Tole, masyarakat Sumenep benar-benar  merasakan kemakmuran dan keadilan.

No comments:

Post a Comment