Sunday 25 October 2015

Mengenal Khalifah Bubuk Bakar As Shiddiq


Khalifah yaitu jabatan tertinggi dalam kepemimpinan Islam pacsa Rasulullah Saw. wafat. Mereka dipilih oleh umat Islam melalui musyawarah. Seorang khalifah wajib menjalankan kepemimpinan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Khalifah tidak menjalankan fungsi kenabian, kiprah utama mereka dalam hal keagamaan yaitu memimpin shalat jum’at di masjid Nabawi dan memberikan khutbah jum’at. 

Tugas seorang khalifah selain sebagai kepala Negara, dia juga menjabat sebagai panglima pasukan Islam yang mempunyai kewenangan luas dalam hal pemerintahan. Dalam sejarah, kiprah Nabi Muhammad Saw. sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara diemban oleh empat sahabat terdekatnya secara berurutan. Termasuk dalam kiprah tersebut yaitu mengurus dilema keagamaan umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang menerima petunjuk. Keempat khalifah tersebut yaitu Abu Bakar As-Shiddiq (memerintah 632 – 834 M), Umar bin Khatab (634-644M), Usman bin Affan (644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M).




Biografi Abu Bakar As Shidiq
Nama orisinil dia yaitu Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah berjulukan Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan lantaran ia yaitu orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab, Bakar berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar seringkali dipanggil Atiq atau yang tampan, lantaran ketampanan wajahnya. Sementara Nabi menunjukkan Abu Bakar gelar As-Shidiq , dikarenakan dia membenarkan cerita Isra’ Mi’raj nabi ketika banyak penduduk Mekkah mengingkarinya.

Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa usang setelah Nabi Muhammad lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar semenjak kecil akrab dengan Nabi. Persahabatan keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun setelah Islam datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang menegakkan agama Allah.

Biarpun hidup pada zaman jahiliyah, banyak sekali kebaikan telah menempel pada Abu Bakar semenjak kecil. Lembut dalam bertutur kata, dan sopan dalam bertindak merupakan beberapa sifat bawaannya. Ia juga perasa dan sangat gampang tersentuh hatinya. Selain itu Abu Bakar dikenal cerdas dan berwasan luas.

Abu Bakar yaitu seorang sahabat Nabi yang populer akan kedermawanannya. Demi membela kaum muslimin yang tertindas di Mekkah, Abu Bakar tak segan-segan mengeluarkan hartanya. Salah satu cerita populer yang menggambarkan kedermawanannya tentu saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah dari tangan majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf. Lewat mediator Abu Bakar, Tuhan memberi pertolongan kepada hambaNya yang teguh imannya.

Melalui mediator Abu Bakar pula banyak penduduk Mekkah yang menyatakan diri masuk Islam, menyerupai Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah yaitu beberapa sahabat yang masuk Islam atas seruan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun.

Setelah masuk Islam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang paling kukuh, baik ketika di Mekkah maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani nabi melaksanakan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar tinggal di Sunh, kawasan di pinggiran kota Madinah. di kota tersebut, Abu Bakar dipersaudarakan dengan seorang dari suku Khazraj yang berjulukan Kharijah bin Zaid dari Bani Haritsah. Di rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tingal. Hubungan kedua orang ini bertambah erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah berjulukan Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih profesi dari pedagang kain menjadi petani.

Proses terpilihnya Khalifah Abu Bakar As Shiddiq
Setelah Rasulullah Saw. wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang berat, kerena Nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut menjadikan umat Islam dalam kebingunan. Hal ini lantaran Mereka sama sekali tidak siap kehilangan dia baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai.

Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari Anshar yang berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa dipakai sebagai pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah tersebut dipimpin seorang sahabat yang sangat dekat Rasulullah Saw., ia yaitu Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj.

Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan ihwal siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan Ansharlah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Qusaisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para sahabat dari golongan Anshar. Pada dikala beberapa tokoh Muhajirin menyerupai Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin yang lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah. Dan pada dikala orang-orang Muhajirin tiba di Saqifah Bani Sa’idah , kaum Anshar nyaris bersepakat untuk untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada dikala tersebut para tokoh Muhajirin juga tiba maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun, kaum Muhajirin yang diwakili debu Bakar menolaknya dengan tegas membaiat Saad bin Ubadah. Abu Bakar menyampaikan pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasan Abu Bakar yaitu merekalah yang lebih dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan usaha yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di Mekkah. Dengan tawaran Abu Bakar ra. golongan Anshar tidak sanggup membantah usulannya.

Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum Nabi dan para sahabatnya dari Mekkah mengajak masuk Islam, bukankah di antara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari sisi kualitas tentu saja para sahabat Muhajirin yaitu manusia-manusia terbaik dan yang pantas menggantikan kedudukan Nabi dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum muslimin. Pada dikala yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan semoga menentukan satu di antara keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon tawaran Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya. dan keduanya justru balik menunjuk dan menentukan Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayungkan tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar Kecuali Saad bin Ubadah.

Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut:
“Saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantulah saya. Kebenaran yaitu suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Tuhan dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya.”
Demikianlah, proses terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah sebagai pengganti Rasulullah Saw. Lain Abu Bakar lain pula Umar bin Khatab. Pada Saat Khalifah Abu Bakar merasa dekat dengan ajalnya, Ia menunjuk Umar Bin Khatab untuk menggantinya, namun sebelum memberikan ilham dan gagasannya untuk menunjuk Umar, Abu Bakar memanggil beberapa sahabat terkemuka menyerupai Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Afan, Asid bin Hudhair al-Anshari, Said bin Ziad dan Sahabat lain dari golongan muhajirin dan anshar untuk dimintai evaluasi dan pertimbangan dan akhirnya mereka menyetujui.

Setelah Umar bin Khatab meninggal, Khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan. Pada waktu Umar hendak mengimami shalat shubuh, tiba-tiba diserang oleh Lu’lu’ah Fairuz dan berhasil menikam perut Umar Bin Khatab namun tidak eksklusif meninggal. Pada saat-saat tersebut, Proses pemilihan terjadi paskah bencana Shubuh, Umar membentuk Dewan yang beranggota enam orang sahabat yaitu Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Saat bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Utsman bin Afan dan Ali bin Abi Thalib dan dalam sidang yang alot dan waktu yang panjang akhirnya Utsman yang berusia 70 tahun terpilih untuk mengganti Umar Bin Khatab.

Setelah Utsman meninggal dalam sebuah kerusuhan tanggal 17 Juni 656 M. terjadilah kekosongan kekuasaan, Ali bin Abi Thalib diusulkan oleh Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah untuk mengganti Utsman, dan pada awalnya Ali menolak, namun setelah banyaknya dukungan yang mengalir dan atas desakan banyak sahabat akhirnya Ali mendapatkan dan dibaiat menjadi Khalifah di Masjid Nabawi tanggal 24 Juni 656 M.



Kebijakan dan Strategi Abu Bakar as Shiddiq

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun (632 – 634 M), maka mempunyai beberapa kebijakan dan taktik ketika memimpin negara yaitu :
A. Pembukuan Al-Qur’an
Perang Riddah menjadikan banyak kurban, termasuk sebagaian para penghafal Al-Qur’an. Kenyataan ini sangat merugikan sekaligus menghawartirkan Jika semakin banyak penghafal Al-Qur’an gugur, hasilnya Al-Qur’an sanggup hilang. Menyadari hal ini, Umur bin Khatab mencatat semua hafalan Al-Qur’an pada para sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, Al-Qur’an sanggup diwariskan kepada generasi mendatang.

Abu Bakar ragu, apakah harus mendapatkan tawaran Umar bin Khatab ataukah menolaknya? Ia ragu alasannya Nabi belum pernah melakukannya. Namun, Umar berhasil meyakinkan Abu Bakar bahwa pengumpulan Al-Qur’an akan sangat bermanfaat bagi keutuhan Al-Qur’an sendiri. Akhirnya, Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al-Qur’an. Zaid ditunjuk lantaran ia cowok yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat Al-Qur’an. Zaid bin Tsabit sanggup melaksanakan kiprah tersebut dengan baik.


B.  Perluasan wilayah gres (Futuhat)

Keberhasilan dalam perang Riddah, bahaya dari dalam Jazirah Arab, sanggup dikatakan teratasi. Namun bahaya dari luar sedang bergerak. Kekuasaan yang dijalankan pada masa Kholifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral. Kekuasaan legislatif, direktur dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, menyerupai juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.



Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama, ia berusaha mewujudkan cita-cita tersebut dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan Islam ke kawasan Syiria. Untuk keperluan tersebut Abu Bakar menugaskan 4 orang panglima perang, yaitu :

1)  Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus.
2)  Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Homs sebagai panglima besarnya.
3)  Amru bin Ash ditugaskan di Palestina.
4)  Surahbil bin Hasanah ditugaskan di Yordania.

Ketika itu Syiria berada di bawah kekuasaan Romawi pimpinan Kaisar Heraklius bahwasanya pengembangan Islam ke Syiria ini telah dimulai semenjak Nabi akan wafat, di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Namun terhenti lantaran pasukan Islam mendengar gosip ihwal wafatnya nabi Muhammad Saw..kemudian ini dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu Bakar. Usaha ekspansi ini dipimpin oleh 4 orang panglima dan diperkuat lagi dengan datangnya pasukan Khalid ibnu Walid yang berjumlah lebih kurang 1500 orang, juga menerima pertolongan dari Mutsanna ibnu Haritsah. Khalid ibnu Walid sebelumnya telah berhasil mengadakan ekspansi ke beberapa kawasan di Irak dan Persia. Karena Abu Bakar mendengar bahwa Abu Ubaidah kewalahan dalam menghadapi pasukan Romawi Timur di Syiria, kemudian Khalid diperintahkan untuk membantu pasukan Abu Ubaidah.


Pada waktu berlangsungnya perang melawan tentara Romawi Timur ini, tiba sebuah gosip ihwal wafatnya Abu Bakar (13 H/634 M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan Abu Bakar yaitu Umar ibnu Khatab.



No comments:

Post a Comment