Pangeran Purbaya, putra kedua Sultan Ageng Tirtayasa ketika terjadi perang Banten menyingkir ke kawasan Priangan bersama para pengikutnya. Di Priangan mereka mengobarkan perlawanan kompeni dengan dukungan musuh-musuh kompeni yang berasal dari Makassar.
Dalam berjuang melawan VOC, Pangeran Purbaya menjalankan strategi pura-pura. Ia mengirimkan kabar ke Batavia yang menyatakan bahwa dirinya bersedia berdamai dengan VOC. Tentu saja kesediaan pangeran Purbaya ini diterima VOC dengan bahagia hati. Untuk melakukan perdamaian itu, VOC mengutus Surapati, seorang opsir VOC berkebangsaan Indonesia untuk berdamai dengan didampingi oleh Bupati Sukapura dan Demang Timbanganten. Selain mengutus Surapati, VOC juga mengirimkan utusan seorang opsir Belanda. Utusan ini mengemban perintah biar Surapati kembali ke Batavia. Selain itu, kepala pasukan VOC di Priangan juga mengirimkan utusan opsir Belanda yang pangkatnya lebih rendah dari Surapati. Oleh utusan itu, Surapati diperintahkan untuk tunduk. Tentu saja, Surapati merasa terhina, dan alhasil Surapati menyerang laskar VOC hingga tunggang langgang. Surapati melarikan diri ke kawasan Karawang, lalu mengembara ke kawasan Priangan. Atas perlawanan Surapati itu, VOC mengerahkan pasukannya untuk menangkap Surapati. Surapati terus melanjutkan pengembaraannya hingga hingga ke Kartasura. Perginya Surapati ke Kartasura lantaran ia mendengar kabar, bahwa Sunan Amangkurat II berselisih dengan VOC.
Di Mataram, Sunan Amangkurat II merasa berat dengan perjanjian yang dipaksakan dan ditandatangani oleh VOC. Oleh karena itu, ia tidak mau menepati janjinya. Itulah sebabnya, ketika Untung Surapati tiba ke Kartasura, Sunan Amangkurat II menerimanya dengan tangan terbuka dengan impian sanggup diajak bekerja sama menentang VOC.
Berita kedatangan Surapati ke Kartasura terdengar Belanda. Untuk itu, VOC berniat menangkap Untung Surapati. VOC kemudian mengutus Kapten Tackbeserta 150 anak buahnya. VOC meminta Sunan Amangkurat II biar menyerahkan Surapati, tetapi pasukan VOC ditumpas habis. Kapten Tack sendiri terbunuh dalam bencana itu. Untung Surapati menyadari bahwa VOC akan membalas tamat hidup laskarnya. Untuk itu, ia menyingkir ke Pasuruan. Di sana ia diangkat sebagai Adipati Pasuruan dengan gelar Adipati Wiranegara.
Tahun 1708, Sunan Amangkurat II meninggal, ia digantikan oleh putranya berjulukan Sunan Mas yang bergelar Sunan Amangkurat III yang bertahta dari tahun 1703-1708. Pergantian Sunan Amangkurat II oleh Sunan Mas ternyata tidak direstui pamannya sendiri, Pangeran Puger. Ia menginginkan sanggup menggantikan kakaknya Sunan Amangkurat II menjadi sultan di Mataram.
Oleh lantaran Sunan Amangkurat III tetap mengatakan ketidaksenangannya kepada VOC, dalam perikatan keluarga itu VOC menentukan berpihak kepada Pangeran Pugar. Dengan sombongnya, pada tahun 1709, VOC menobatkan Pangeran Pugar menjadi Sultan Mataram dengan gelar Pakubuwono I yang berkuasa dari tahun 1705 hingga dengan tahun 1719, sesudah terlebih dahulu Pangeran Pugar mengadakan perjanjian dengan VOC. Adapun isi perjanjian itu yaitu sebagai berikut.
- Seluruh kawasan Priangan dan adegan timur Madura, serta Cirebon diserahkan kepada VOC
- Sunan dibebaskan dari semua utang-utangnya terdahulu, dan sebagai gantinya sunan harus menyerahkan 800 koyan beras setiap tahunnya selama 25 tahun kepada VOC
- VOC akan menempatkan pasukannya untuk melindungi Sunan.
Sunan Amangkurat III yang dibantu oleh Untung Surapati akhirnya berperang dengan Pakubowono I. Sementara, Pakubuwono I dibantu oleh VOC. Dalam pertempuran itu, Untung Surapati meninggal. Perjuangan Untung Surapati selanjutnya diteruskan oleh kedua putranya hingga titik darah penghabisan.
No comments:
Post a Comment