Tuesday 28 March 2017

Hamzah Bin Abdul Muthalib: Singa Allah


Hamzah bin Abdul Mutholib yakni sahabat Nabi Muhammad yang juga sekaligus paman nabi dan saudara satu susuan. serta kerabat dekatnya dari jalur ibu. Dilahirkan dua tahun sebelum Nabi Shalallahu alaihi wa salam. Memeluk Islam pada tahun ke-delapan dari kenabian atau pada tahun ke-enam kenabian sehabis nabi memasuki Darul Arqaam, menurut riwayat lain. Terkenal dengan sebutan Asadullah (singa Allah) dan Sayyidusy-Syuhadaa’ (penghulu para syuhada’). Di perang badar dia berhasil menghempaskan beberapa tokoh musyrikin. Seperti Syaibah bin Rabi’ah, Thu’aimah bin Adi dan ‘Utbah bin Rabi’ah. Begitu pula pada perang Uhud. Beliau berhasil menewaskan 30 orang lebih. Sebelum kesudahannya gugur di tangan Wahsyi, budak milik Jubair bin Muth’im.




Hamzah Bin Abdul Mutholib yakni seorang yang mempunyai otak yang cerdas dan pendirian yang berpengaruh dia termasuk tokoh Quraish yang di segani. Nama bersama-sama Hamzah bin Abdul Muthalib bin Hasyim, seorang paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia memeluk Islam pada tahun kedua kenabian, Ia Ikut Hijrah bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan ikut dalam perang Badar, dan meninggal pada dikala perang Uhud, Rasulullah menjulukinya dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan menamainya sebagai “Sayidus Syuhada”.

Ibnu Atsir berkata dalam kitab ‘Usud al Ghabah”, Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy, hingga pada suatu dikala dia tergelincir sehingga ia terjatuh kebelakang dan tersingkaplah baju besinya, dan pada dikala itu ia pribadi ditombak dan dirobek perutnya . kemudian hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya hati Hamzah tetapi tidak tertelan dan segera dimuntahkannya.

Ketika Rasulullah melihat keadaan badan pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat murka dan Yang Mahakuasa menurunkan firmannya ,” Dan bila kau menawarkan balasan, maka balaslah dengan tanggapan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi bila kau bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (Qs; an Nahl 126)

Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq didalam kitab,” Sirah Ibnu Ishaq” dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf berkata kepadanya “ Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias dengan bulu bulu itu?”, saya menjawab “Dia yakni Hamzah bin Abdul Muthalib”. Lalu Umayyah dberkata Dialah yang menciptakan kekalahan kepada kami”.

Sementara itu Abu jahal yang telah mengetahui bahwa Hamzah telah berdiri dalam barisan kaum muslimin beropini perang antara kaum kafir Quraisy dengan kaum muslimin sudah tidak sanggup dielakkan lagi. Oleh sebab itu ia mulai menghasut dan memprovokasi orang-orang Quraisy untuk melaksanakan tindak kekerasan terhadap Rosulullah dan pengikutnya. Bagai manapun Hamzah tidak sanggup membendung kekerasan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap para sahabat yang lemah. Akan tetapi harus diakui, bahwa keislamannya telah menjadi perisai dan benteng pelindung bagi kaum muslimin lainnya. Lebih dari itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kabilah-kabilah Arab yang ada di sekitar jazirah Arab untuk lebih mengetahui agama islam lebih mendalam.

Sejak memeluk islam, Hamzah telah berniat untuk membaktikan segala keperwiraan, keperkasaan, dan juga jiwa raganya untuk kepentingan da’wah islam. Karena itu tidaklah mengherankan bila Rasulullah menjulukinya dengan sebutan “Asadullah” yang berarti singa Allah.

Pasukan kaum muslimin yang pertama kali di kirim oleh Rasulullah dalam perang Badar, di pimpin pribadi oleh Sayyidina Hamzah, Si Singa Allah, dan Ali bin Abu Thalib memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa dalam mempertahankan kemuliaan agama islam, hingga kesudahannya kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut secara gilang gemilang. Banyak korban dari kaum kafir Quraisy dalam perang tersebut, dan tentunya mereka tidak mau menelan begitu saja. Maka mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas kekalahan yang mereka alami sebelumnya.

Akhirnya tibalah saatnya perang Uhud di mana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut yakni Rasulullah dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan mereka mempunyai rencana yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang ahli dalam memakai tombak dan organ hatinya akan di ambil dan akan di makan oleh Hindun yang mempunyai dendam sangat membara sebab suaminya terbunuh dalam perang Badar.

Sedangkan Washyi bin Harb diberikan kiprah yang maha berat yaitu membunuh Hamzah dan akan dijanjikan kepadanya imbalan yang besar pula yaitu akan dimerdekakan dari perbudakan. Akhirnya kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah pertempuran yang dahsyat, sementara Sayyidina Hamzah berada di tengah-tengah medan pertempuran untuk memimpin sebagian kaum muslimin. Ia mulai menyerang ke kiri dan ke kanan.

Seluruh pasukan kaum muslimin maju dan bergerak serentak ke depan, hingga kesudahannya sanggup diperkirakan kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Dan seandainya pasukan pemanah yang berada di atas bukit Uhud tetap patuh pada perintah Rosulullah untuk tetap berada di sana dan tidak meninggalkannya untuk memungut harta rampasan perang yang berada di lembah Uhud, pasti kaum muslimin akan sanggup memenangkan pertempuran tersebut.

Di dikala mereka sedang asyik memungut harta benda musuh islam yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang dan berbalik menduduki bukit Uhud dan mulai melancarkan serangannya dengan gencar kepada kaum muslimin dari atas bukit tersebut. Tentunya penyerangan yang mendadak ini pasukan muslim terkejut dan kocar-kacir dibuatnya. Melihat itu semangat Hamzah semakin bertambah berlipat ganda. Ia kembali menerjang dan menghalau serangan kaum Quraisy.

Sementara itu Wahsyi terus mengintai gerak gerik Hamzah, sehabis menebas leher Siba’ bin Abdul Uzza dengan lihai-nya. Maka pada dikala itu pula, Wahsyi mengambil ancang-ancang dan melempar tombaknya dari belakang yang kesudahannya mengenai pinggang adegan bawah Hamzah hingga tembus ke adegan muka di antara dua pahanya. Lalu Ia berdiri dan berusaha berjalan ke arah Wahsyi, tetapi tidak berdaya dan kesudahannya roboh sebagai syahid.

Usai peperangan, Rasulullah dan para sahabatnya bersama-sama menilik jasad dan badan para syuhada yang gugur. Sejenak dia berhenti, menyaksikan dan diam seraya air mata menetes di kedua belah pipinya. Tidak sedikitpun terlintas di benaknya bahwa moral bangsa arab telah merosot sedemikian rupa, hingga dengan teganya berbuat keji dan kejam terhadap jasad Hamzah. Dengan keji mereka telah merusak jasad dan merobek dada Sayyidina Hamzah dan mengambil hatinya. Kemudian Rasulullah mendekati jasad Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, Singa Allah, Seraya bersabda,

“Tak pernah saya menderita sebagaimana yang kurasakan dikala ini. Dan tidak ada suasana apapun yang lebih menyakitkan diriku dari pada suasana sekaran ini.”

Setelah itu Rasulullah dan kaum muslimin menshalatkan mayat pamannya dan para syuhada lainnya satu persatu. Pertama Sayyidina Hamzah dishalatkan kemudian di bawa lagi jasad seorang syahid untuk dishalatkan, sementara jasad Sayyidina Hamzah tetap dibiarkannya disitu. Lalu mayat itu di angkat, sedangkan mayat Sayyidina Hamzah tetap di tempat. Kemudian di bawa mayat yang ketiga dan dibaringkannya di samping mayat Sayyidina Hamzah. Lalu Rasulullah dan para sahabat lainnya menshalatkan mayat itu. Demikianlah Rasulullah menshalatkan para syuhada Uhud satu persatu, hingga bila di hitung Maka Rasulullah dan para sahabat telah menshalatkan Sayyidina Hamzah sebanyak tujuh puluh kali.

Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah dengan memegang 2 bilah pedang. Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melihat Hamzah terbunuh, maka dia menagis. Ia wafat pada tahun 3 H, dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam dengan “Sayidus Syuhada”.


No comments:

Post a Comment