Friday 1 July 2016

Puisi Krawang Bekasi Oleh Chairil Anwar






Krawang Bekasi
Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang–Bekasi
tidak bisa teriak merdeka dan angkat tangan lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
terbayang kami maju dan bertegak hati?
Kami bicara padamu dalam tenang di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4–5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi ialah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai-nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah kini yang berkata
Kami bicara padamu dalam tenang dimalam sepi
Jika dada rasanya hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami kini mayat
Berilah kami arti
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Kami terbaring antara Krawang–Bekasi


Mendengarkan pembacaan puisi terkait dengan acara berapresiasi terhadap karya sastra. Dalam mengapresiasi karya sastra, seorang apresiator harus mempunyai kemampuan untuk menyimak halhal terpenting dalam puisi. Di antaranya mengetahui tema, makna, gaya bahasa, diksi, rima, irama, dan amanat. Tetapi, si pembaca puisi pun harus mempunyai kemampuan membaca puisi yang baik. Tips membaca puisi yang baik ialah membaca puisi harus dengan pelafalan, intonasi, dan lisan yang baik. Ketiga episode ini bekerjasama dekat dan memerlukan latihan yang benar. Hal itu disebabkan kebenaran dalam pelafalan, intonasi, dan lisan akan membantu memberikan pesan penyair kepada pendengar. Pesan penyair yang terdapat dalam rentetan kata-kata yang ditulisnya, tentu ada yang eksplisit dan implisit. Jika si pembaca benar dalam pelafalan dan intonasinya maka nada, perasaan, dan citraan dalam sajak itu akan terungkap.

Lafal dalam pembacaan puisi dekat kaitannya dengan gerak bunyi pada episode tubuh yang akan mengeluarkan suara. Kualitas vokal akan terbantu kalau lafal benar. Lafal dekat kaitannya dengan peralatan alat ucap, yaitu bibir yang membentuk abjad m-b-p. Lidah yang membentuk abjad c-d-l-n-r-s-t. Rahang juga diharapkan untuk membentuk bunyi wawawaatau yayaya. Langit-langit akan membentuk m-ka-ng. Selain melatih alat semoga lentur mengeluarkan pelafalan yang benar, seorang pembaca puisi harus berlatih olah vokal, yaitu A-I-U-E-O.

Ekspresi dilatih melalui olah sukma, olah rasa, dan olah penghayatan terhadap makna yang dibentuk penyair dalam sajak tersebut. Refleksi batin akan keluar dan terlihat oleh penggemar melalui lisan wajah, reaksi tangan, dan gerak tubuh. Latihannya selain harus memperkaya dari materi bacaan, pengalaman atau berkontemplasi dengan kenyataan. Ekspresi sanggup dilatih dengan senam wajah, senam badan, dan melatih pernapasan.

No comments:

Post a Comment